TFR

View Original

Dailah Sajian Nusantara: Mengangkat tradisi dari kacamata kontemporer

Ditulis oleh Elma Adisya | Read in English

Beberapa di antara kita mungkin menghabiskan sebagian besar masa kecil tumbuh besar bersama nenek. Nenek yang selalu menyambut hangat cucunya yang datang berkunjung ke rumahnya dan bertanya, “Kamu sudah makan atau belum?” dengan nada khawatir khasnya. Nenek dengan menu makan bersamanya yang super lengkap dan selalu membuat kangen setiap kita pulang dari rumahnya. 

Rumah nenek yang hangat inilah yang tim TFR rasakan ketika memasuki restoran Dailah Sajian Nusantara di Jakarta Selatan. Meski arsitekturnya mengusung konsep modern, suasana restoran ini tetap berhasil membuat kita merasa seperti berkunjung ke rumah nenek yang hangat dan nyaman. Dibuka pada Agustus lalu, restoran Dailah Jakarta menyajikan sisi lain dari makanan Nusantara yang berani dan berbeda lewat konsep contemporary dining. 

Dailah and the daring concept of contemporary dining 

Terinspirasi dari nama nenek salah satu pendirinya, Dailah yang memulai perjalanannya sejak 2019 di Bandung ini memiliki tujuan untuk memperkenalkan wajah baru dari masakan Nusantara. Dalam wawancara dengan TFR, Public Relation Supervisor Dailah Sajian Nusantara, Ana, mengatakan bahwa penetapan konsep kontemporer ini melewati proses yang tidak cepat. 

Setiap menu yang diramu oleh Lucky, chef dan co-founder Dailah, punya cerita sendiri karena lahir dari hasil berpetualang ke berbagai daerah di Indonesia.

“Dari tiap perjalanan ini beliau belajar juga cara memasak makanan-makanan khas daerah tersebut dengan warga lokal. Setelah pulang melancong ini beliau banyak membawa insight-insight tentang makanan khas tersebut dan akhirnya membuat menu-menu Dailah yang terinspirasi dari tiap perjalanannnya,” jelas Ana.  

Photo by Nobi

Lewat konsep contemporary dining, Dailah ingin memperkenalkan wajah lain dari masakan Nusantara lewat teknik memasak, penyajian, bumbu-bumbu yang digunakan, serta pengalaman bersantap di Dailah. 

Akan tetapi, membawa konsep yang terbilang asing di telinga masyarakat juga memiliki tantangannya tersendiri, apalagi soal penyajian dan proses memasak, mengingat masyarakat mengharapkan menu otentik. 

“Banyak juga kita menerima penolakan dari customer seperti saat itu ada yang komplain, ‘Harusnya masaknya seperti ini (secara tradisional), penyajiannya kayak begini.’ Tapi balik lagi, memang napas kita berbeda dan cukup unik, selama kita teguh dengan prinsip kita ternyata juga akan ada aja yang suka perlahan-lahan,” tuturnya.  

Bandung, but make it Jakarta-esque

Menjadi cabang pertama di luar Bandung, Dailah Jakarta menghadirkan kekhasan yang sedikit berbeda dari cabang utamanya. Salah satunya dalam hal menu, seperti Bebek Sambal Hitam yang menjadi signature cabang Jakarta. 

Signature Dailah Jakarta banget itu Bebek Maduranya, jadi kami sajikan seperti duck confit tapi dengan tambahan saus yang terinspirasi dari sambal hitam khas Madura,” ujar Ana. 

Dailah menjadikan cabang di Jakarta ini sebuah wadah baru untuk mengembangkan menu agar lebih beragam dan kreatif dengan menyesuaikan palate warga Jakarta dengan latar belakang yang beragam. 

Meski demikian, identitas Dailah Bandung tetap dipertahankan dalam beberapa aspek, seperti pemilihan lokasi di daerah Dharmawangsa, Jakarta Selatan.

Bagi Dailah, Jakarta, khususnya Jakarta Selatan, adalah kolam yang lebih besar dari Bandung, dan Dailah butuh hal tersebut untuk terus menciptakan inovasi. Hal ini mengingat makanan Nusantara bisa sangat beragam sajiannya. 

Photo by Nobi

Salah satu faktor lain memilih Jakarta Selatan, khususnya Dharmawangsa, adalah karena pengunjung masih dapat merasakan suasana Bandung di cabang ini, apalagi daerah tersebut tidak terlalu komersil dan juga masih banyak pepohonan.

Berbudaya ala Dailah 

Selain memperkenalkan budaya Indonesia lewat berbagai sajian khas, Dailah juga memiliki misi lain, yaitu memperkenalkan budaya lewat seni dan beragam aktivitas serta kolaborasi. 

“Contohnya, ketika grand opening hiburannya adalah tari kontemporer tradisional yang diiringi musik Tarawangsawelas. Garis besarnya seperti itu yang Dailah ingin tunjukan ke publik,” kata Ana. 

Tak hanya itu saja, ada pula “ritual” unik di Dailah ketika ada pelanggan yang berulang tahun. Dalam ritual tersebut, tim Dailah akan mendatangi meja pelanggan dan menarikan tarian Betawi diiringi nyanyian lagu “Selamat Ulang Tahun” dengan nada lagu “Ondel-Ondel”.

Selain itu, Dailah juga bekerja sama dengan Pithecanthropus Bali dalam wastra, di mana Pithecanthropus Bali hand screen printing untuk mereproduksi kain-kain antik yang hampir punah. 

Kolaborasi adalah kunci!

Tak hanya menjadi corong untuk memperkenalkan budaya Nusantara dengan cara baru lewat makanan dan seni, Dailah Sajian Nusantara juga ingin berkolaborasi sebanyak-banyaknya dengan pelaku industri makanan dan minuman maupun masyarakat umum. 

“Kolaborasi ini menjadi semacam cara baru kami memperkenalkan budaya Nusantara. Contohnya, di Bandung kami pernah kolaborasi dengan UMKM lokal seperti Warung Ubi Ibu, semacam food truck, lalu Seroja Bakery. Yang terbaru di Jakarta itu kami ada kerja sama dengan Tiasa untuk menyajikan menu khas Indonesia yang plant-based,” jelasnya.  

Melalui beragam kolaborasi ini, Dailah berharap akan banyak tercipta inovasi-inovasi menu masakan Nusantara yang bervariasi dan menjadi corong mereka memperkenalkan sisi lain dari budaya Indonesia. 

“Mungkin restoran lain hanya menjadikan media sosial mereka sebagai buku menu saja. Namun, kami ingin membuat Instagram kami menjadi suar media untuk semua pihak dalam memperluas informasi mengenai budaya Indonesia.”



Artikel terkait

See this gallery in the original post

Berita terkini

See this gallery in the original post