TFR

View Original

Genjot perkembangan industri, JAKTENT 2022 bahas potensi alih-wahana sektor kreatif

Festival konten kreatif internasional Jakarta Content Week (JAKTENT), kembali dibuka selama akhir pekan kemarin, mulai 11 hingga 13 November 2022 di Taman Ismail Marzuki, Cikini.

Acara yang diinisiasi oleh Yayasan 17000 Pulau Imaji dengan Frankfurter Buchmesse (FBF) ini selalu menjadi wadah pertemuan bagi para pegiat industri kreatif dari berbagai sektor.

Mulai dari penerbit buku, pelaku fesyen, kuliner, kerajinan, desain, hingga cosplay dan media lainnya, berkumpul untuk mengumpulkan perspektif baru demi memperkuat ekosistem kreatif Asia Pasifik.

Pada kali ketiganya, tahun ini JAKTENT mengangkat tema “COLLABRATE” sebagai peleburan antara kolaborasi dan kalibrasi. 

Bagi JAKTENT, “Ini adalah momen untuk berkolaborasi, mengkalibrasi, dan menciptakan lingkungan yang inklusif, sadar lingkungan, dan masa depan ekosistem yang berorientasi pada industri kreatif kita.”

Manajer Umum JAKTENT Alvinta Purba pun mengungkap makna di balik kalibrasi yang dimaksud sebagai, “proses yang kita lakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan hasil sebaik-baiknya.”

Pernyataan itu membubuhkan harapan agar JAKTENT yang pertama digelar pada 2020 lalu, agar dapat menjadi wadah pembelajaran dan pertukaran ilmu yang produktif bagi para pegiat industri kreatif.

JAKTENT menyajikannya lewat berbagai program dan topik, yakni LITBEAT, LITFEST, LITBITE, LITFILM, dan The Market. Masing-masing dari mata acaranya berfokus pada kemungkinan alih-wahana, yakni peleburan antara dua sektor industri kreatif, untuk menjadi solusi pengembangan masing-masing sektor.

Seperti pada salah satu mata acara pada Jumat (11/11) siang, “Literature and Film: Who's using whom” bersama Ratih Kumala, penulis novel “Gadis Kretek” yang segera diadaptasi menjadi serial Netflix. 

Pasalnya, selama 60 menit, diskusi membongkar proses, pandangan kritis, dan potensi film yang mengadaptasi karya literasi, yang dapat memperkaya kisah dari sebuah novel.

Di sisi lain, penerbit dan penyedia layanan buku cerita anak online, BacaPibo menyelenggarakan lokakarya bagi para pengajar sekolah formal maupun informal berjudul “Dongeng Sebagai Metode Pengajaran”. Co-founder BacaPibo Mayumi Haryoto berpendapat, pemikiran kritis pada anak dapat dibangun bacaan yang bermutu dengan cara yang menarik, salah satunya adalah dongeng.

Tidak hanya diskusi, selama tiga hari penuh festival JAKTENT juga menyajikan pameran yang berlangsung di Gedung Panjang TIM bersamaan dengan berbagai program lainnya.

Menariknya, meski perhelatan fisik telah usai, seluruh program JAKTENT masih bisa masyarakat saksikan melalui kanal YouTube miliknya. “JAKTENT tahun ini pertama kalinya dilaksanakan full offline, walaupun bisa menonton di online. Hal seperti ini harus lebih sering diadakan,” pungkas Diaz Hensuk dari Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI) yang juga menjadi salah satu kurator JAKTENT.