TFR

View Original

Happy Salma dan Nicholas Saputra angkat tradisi Bali dalam teater “Sudamala: Dari Epilog Calonarang”

Berkolaborasi dengan Indonesia Kaya, Titimangsa menggelar pentas teater "Sudamala: Dari Epilog Calonarang" hasil adaptasi dari karya sastra dan pentas tradisi yang ada di Pulau Dewata. 

Tak hanya itu, ternyata garapan teater ke-59 Titimangsa ini diproduksi oleh aktor Nicholas Saputra bersama Happy Salma, yang telah melakukan proses riset di Ubud, Bali, sejak akhir 2021 lalu. 

Kedua pemain film tersohor Indonesia tersebut mengaku terpantik setelah mengetahui kenyataan bahwa Calonarang jarang mendapat panggung di tanah air. Pementasan itu justru mendapat tempat di panggung buatan kolonial, yakni Exposition Coloniale Internationale di Paris pada 1931 silam.

Akhirnya, Happy Salma dan Nicholas memutuskan untuk menggarap proyek teater dengan bimbingan budayawan Tjokorda Raka Kerthyasa. Tidak tanggung-tanggung, demi menggarap pentas teater ini, keduanya bekerja sama dengan 80 seniman dan para maestro seni Bali, juga dari kota lainnya.

“Untuk membawa seni tradisi keluar dari Bali, membagi pengalaman yang kami rasakan kepada penonton di Jakarta misalnya, bukan hal yang mudah,” ujar Happy yang berperan sebagai produser.

Tidak hanya itu, dirinya juga bilang, “Kami ingin menghadirkan pentas seni tradisi namun dengan tampilan dan bahasa yang universal. Ini juga tantangan bagi kami untuk membuat formula baru dengan durasi yang jauh lebih pendek, karena biasanya pertunjukan seni tradisi bisa berlangsung 6-8 jam.” 

Sudamala, yang dipilihnya sebagai judul pengantar cerita Calonarang, adalah jukstaposisi atas dua kata yang bertolakbelakang. Śuddha berarti suci, sedangkan mala mengartikan cemar, kotor, atau tak-murni. 

"Sudamala: Dari Epilog Calonarang" menceritakan lika-liku kehidupan perempuan Walu Nateng Dirah dengan ilmu dan kekuatan yang resahkan Raja Airlangga. Kisahnya berisi gejolak emosi kepedihan Walu menghadapi kenyataan bahwa putri semata wayangnya, Ratna Manggali, mengalami kesulitan akibat ilmunya yang terlalu kuat.

Pementasan ini melibatkan Wawan Sofwan sebagai dramaturgi pertunjukan, juga Iskandar Loedin di bagian artistik, dan I Wayan Sudirana bersama Gamelan Yuganada mengomposisi musik. Tampilan kostumnya adalah hasil rancangan A.A. Ngurah Anom Mayun Konta Tenaya dan Retno Ratih Damayanti.  

Selama pertunjukan, kita juga dapat menyaksikan keapikan benda tradisi Bali seperti barong, rangda, topeng, gamelan, dan wastra yang diproduksi oleh para maestronya. "Sudamala: Dari Epilog Calonarang" pun akan menjadi pentas di ruang terbuka pertama Titimangsa di Jakarta.