TFR

View Original

Dianggap langgar hak cipta, The British Museum hapus terjemahan puisi Tiongkok

The British Museum di London menghapus dua puisi karya revolusioner feminis awal abad ke-20 dan puisi dari penyair Qiu Jin setelah penulis Yilin Wang menuduh lembaga tersebut melanggar hak cipta dengan mereproduksi terjemahan karya-karyanya tanpa izin, kredit, atau kompensasi.

Puisi-puisi itu dimasukkan ke dalam pameran “China’s Hidden Century” yang mengeksplorasi kehidupan di Tiongkok pada abad ke-19, termasuk efek dari munculnya bentuk dan teknologi seni baru.

Qiu Jin, seorang advokat untuk hak-hak perempuan yang menjalankan sekolah untuk melatih kaum muda revolusioner melawan dinasti Qing, adalah salah satu subjek di pameran tersebut.

Baca juga: Pameran seni “Figures by Figure” segera dibuka di A3000 Kemang

Menegur museum lewat Twitter

Yilin Wang, seorang penulis, penerjemah, penyair, dan editor asal Vancouver ini langsung menegur The British Museum melalui akun Twitternya (@yilinwriter) pada Minggu (18/6) lalu.

Ia menemukan bahwa terjemahan puisi Qiu ditampilkan di pameran tersebut dan menganggap museum melakukan pelanggaran hak cipta, seperti yang dilansir dari Artnet News (22/6).

Terjemahan, bahkan tulisan dalam domain publik, dianggap sebagai karya turunan yang dilindungi oleh hak ciptanya itu sendiri.

Melalui akun Twitternya, Wang menuliskan:

“Hai @britishmuseum, saya baru menyadari bahwa pameran Anda ‘China’s Hidden Century’ menggunakan terjemahan puisi Qiu Jin saya, tetapi Anda tidak pernah menghubungi saya untuk meminta izin. Harap dicatat ini adalah pelanggaran hak cipta! Bagaimana Anda akan memperbaikinya?? #NameTheTranslator

Menanggapi hal tersebut, pihak The British Museum kemudian memberikan pernyataan, “Ini adalah kesalahan manusia yang tidak disengaja dan pihak museum telah meminta maaf.”

“Kami telah menurunkan terjemahan mereka di pameran. Kami juga telah menawarkan pembayaran finansial untuk periode terjemahan yang muncul di pameran, serta untuk melanjutkan penggunaan kutipan dari terjemahan mereka dalam katalog pameran. Kami terus berdiskusi [tentang hal ini] dengan Yilin Wang,” jelas The British Museum.

Belum menerima permintaan maaf dari kurator pameran

Wang kemudian kembali memberikan update terkait kasus ini dengan memposting pembaruan di Twitter yang bertuliskan, “Seseorang yang bekerja di museum telah meminta maaf, namun tidak satupun dari dua penyelenggara yang meminta maaf.”

Kemudian, Wang membagikan email yang ia terima dari pihak museum, yang menyatakan bahwa museum tidak akan menggunakan terjemahannya dalam pameran setelah Wang mengajukan keluhan. Oleh karena itu, Wang tidak akan mendapatkan kredit dalam pameran karena terjemahannya tidak ditampilkan.

Pihak museum menolak memberikan komentar lebih lanjut tentang mengapa pameran tidak menambahkan kredit terjemahan dibandingkan harus menghapus terjemahannya.

Saat ini, Wang sedang mengerjakan terjemahan buku puisi Qiu Jin. Ia pun sudah menerbitkan kurang lebih 12 puisi terjemahan yang memakan waktu selama berbulan-bulan. “Mungkin rata-rata 20-50 jam per puisi,” tulisnya di Twitter.

Wang pun menunjukkan rasa kecewanya ketika ia terkejut melihat terjemahannya sendiri digunakan tanpa izin oleh pihak museum sambil membagikan foto-foto puisi yang diterjemahkan tidak hanya di galeri museum, tetapi juga di katalog pameran cetak dan panduan online untuk pertunjukan tersebut.

Sekarang, Wang hanya menginginkan permintaan maaf dari kurator pameran, penjelasan bagaimana hal ini bisa terjadi, konsekuensi bagi penyelenggara, serta kompensasi dan kredit tertulis untuknya.