H&M, Patagonia, dan Reformation ikuti program uji coba dekarbonisasi fesyen
Mulai dari H&M, Patagonia, hingga Ganni dan Reformation resmi bergabung ke program uji coba dekarbonisasi fesyen yang diinisiasi oleh startup asal California, Rubi.
Startup yang mengupayakan peniadaan emisi karbon industri fesyen tersebut, kian hari kian menunjukkan perkembangan yang pesat.
Betapa tidak, selain berhasil menggaet sejumlah jaringan fast fashion global termasuk yang telah disebutkan, hingga wadah penyewaan pakaian Nuuly, Rubi baru saja mendapat pendanaan tambahan sebesar US$8,7 juta (sekitar Rp133,2 miliar).
Melansir VOGUE BUSINESS (1/3), jumlah suntikan dana tersebut didapat Rubi dalam putaran pendanaan terbarunya yang dipimpin oleh Talis Capital.
Selain Talis, pendanaan itu dibantu oleh Tin Shed Ventures milik Patagonia, H&M Group, Collaborative Fund, serta Necessary Ventures.
Alhasil, dengan total pendanaan sebesar US$13,5 juta (sekitar Rp206,7 miliar) yang kini dikantongi Rubi, mereka berambisi segera mengambil langkah inovatif untuk “mengembangkan skala secara signifikan,” dari proses produksinya.
Hal itu diharapkan akan mempercepat distribusi koleksi pakaian negatif karbon, yang berdampak baik bagi lingkungan, kepada konsumen.
Baca juga: TômTex kembangkan tekstil kulit ramah lingkungan dari cangkang udang
Inovasi tekstil negatif karbon dari Rubi
Didirikan oleh saudara kembar Neeka dan Leila Mashouf, selama ini Rubi telah meracik tekstil tanpa emisi karbon dalam laboratorium mereka.
Tujuannya, Rubi ingin mengubah pola kerja industri fesyen lewat inovasi tekstil yang digarap dengan proses biokimia.
Bagaimana cara kerjanya? Rubi menggunakan beragam enzim yang siap ‘memakan’ emisi karbon dari tahap produksi tekstil berbahan alami buatannya.
Proses yang disebut sebagai biokatalis itu, akan menangkap dan mengubah buangan CO2 dari limbah produksi fesyen menjadi selulosa.
Kemudian, selulosa tersebut dikonversi menjadi benang lyocell yang dapat digunakan untuk pakaian dan bahan.
Neeka Mashouf: “Dunia benar-benar membutuhkan solusi limbah industri”
Mengutip FASHIONUNITED (2/2), Neeka Mashouf selaku pendiri dan Chief Executive Officer Rubi mengatakan, “Kami sadar kami menjadi bagian dari suatu hal yang sangat besar.”
Ungkapan itu menunjukkan bagaimana masalah limbah industri kini begitu kuat dan “dunia benar-benar membutuhkan solusi berskala besar yang terjangkau, yang mendasar pada sains serta teknologi untuk mengubah cara kerja industri.”
Lebih lanjut, Neeka Mashouf menjelaskan bahwa proses produksi Rubi ternyata mengadopsi skema kerja simbiosis dari alam. “Kami mengaplikasikan solusi ini untuk industri fesyen terlebih dahulu, (selanjutnya) kami berambisi untuk menerapkannya bagi segala jejaring industri di bumi.”
Mulai dari Patagonia hingga H&M akan pasarkan koleksi bersama Rubi
Seperti yang disinggung di awal, para pemain besar industri fesyen telah tanda tangani kontrak sebagai kolaborator dari proyek perdana Rubi dalam memasarkan tekstil negatif karbon mereka.
Mulai dari H&M, Ganni, hingga Reformation dan jenama lainnya akan mulai memasarkan produk percobaan bersama Rubi dalam koleksi terbatasnya, sebelum memperbesar skala produksinya.
Wakil presiden perusahaan fesyen Reformation, Kathleen Talbot, menyebut inisiasi Rubi dapat memberi manfaat bagi bumi.
Pasalnya, “lebih dari 2/3 dampak lingkungan fesyen terjadi di tahap pengolahan materialnya, bahkan sebelum pakaian mulai diproduksi, maka berinvestasi pada material masa depan menjadi sangat penting.”
Kesadaran serupa juga diutarakan oleh pendiri Ganni, Nicolaj Reffstrup yang mengatakan bahwa inovasi bahan kain menempati posisi krusial dalam membuat fesyen bisa memperbaiki pola produksinya.