Pergelaran tari ArtChipelaGong didaftarkan rekor MURI
Komunitas Perempuan Menari (KPM) sukses menyelenggarakan pergelaran tari ArtChipelaGong di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta pada Sabtu (26/10) lalu.
KPM merupakan komunitas yang berdiri pada 6 Januari 2018 dan beranggotakan sekitar 100 perempuan berusia 10-60 tahun dari berbagai profesi. Komunitas ini memiliki visi utama untuk melestarikan seni budaya, khususnya seni tari tradisional Indonesia.
Acara yang menghadirkan tarian khas dari berbagai provinsi di Indonesia ini didaftarkan ke Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dalam kategori “Fragmen Tari Nusantara dengan Jumlah Provinsi Terbanyak”.
Upaya ini merupakan langkah KPM agar tak hanya mencetak prestasi nasional, tetapi juga memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia dari Sabang hingga Merauke melalui seni tari.
Pendaftaran ini dilakukan usai Pendiri MURI Aylawati Sarwono merasa bahwa KPM memiliki kapasitas untuk mencatatkan rekor MURI, sehingga menantang mereka untuk menghadirkan sebuah pergelaran untuk memperoleh pengakuan tersebut.
Inilah yang menjadi dorongan bagi KPM untuk membuktikan komitmennya dalam melestarikan budaya dan seni tari tradisional Indonesia.
Harapannya, pergelaran ini bisa menjadi momen bersejarah yang dapat menggambarkan keragaman budaya Nusantara, sekaligus menampilkan kekayaan seni tari dan musik tradisional dari seluruh pelosok negeri.
“Kami berterima kasih kepada semua penonton yang telah membeli tiket dan menyaksikan pagelaran kami. Harapan kami, penonton tidak hanya terhibur, tetapi juga belajar tentang kekayaan budaya Indonesia yang sangat luas,” jelas Pendiri KPM sekaligus Ketua Pergelaran ArtChipelaGong Listiany Kartawidjaya, dikutip dari siaran pers, Senin (28/10).
Baca juga: Indonesian Dance Festival 2024 rayakan fluiditas dan keberagaman melalui ‘Liquid Ranah’
Kombinasikan koreografi dan ciri khas budaya Indonesia
ArtChipelaGong sendiri merupakan gabungan dari kata “Art” (seni), “Archipelago” (kepualauan), dan “Gong” (instrumen musik khas Indonesia). Penggabungan ini melambangkan kesatuan kesenian dari seluruh provinsi Indonesia, dengan gong sebagai simbol penghubung setiap rangkaian tari.
Sebanyak 38 provinsi diwakilkan melalui tarian tradisional yang menggambarkan keunikan budaya masing-masing wilayah.
Puluhan penari sukses merepresentasikan budaya-budaya dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua melalui koreografi yang dirancang secara cermat dan tetap menjaga identitas daerah agar tetap otentik.
“Kami ingin menghadirkan pergelaran yang berbeda. Tidak hanya menampilkan tarian dari 38 provinsi, tetapi juga mengombinasikan koreografi yang mampu menonjolkan ciri khas setiap daerah, sehingga tidak tampak seperti medley biasa,” jelas Koreografer dan Sutradara Pergelaran ArtChipelaGong Supriadi Arsyad.
Adapun penampilan ini berkolaborasi dengan Armonia Choir Indonesia yang membawakan lagu-lagu medley “Enggo Lari”, “Sajojo”, “Sipatokaan”, “Jangkrik Genggong”, dan “Rambadia”; sehingga memperkaya pergelaran dengan perpaduan vokal indah dan musik tradisional live.
Listiany kemudian menutup, “Kami, perempuan berusia 10 hingga 60 tahun, tetap bersemangat mempertahankan tradisi seni tari Nusantara di tengah derasnya arus globalisasi.”