TFR

View Original

Akuisisi Microsoft terhadap Activision Blizzard senilai US$69 miliar disetujui Uni Eropa

Setelah ditolak Inggris, Uni Eropa justru menyetujui akuisisi senilai US$69 miliar (sekitar Rp1 kuadriliun) dari Microsoft terhadap Activision Blizzard.

Melansir The Verge (15/5), badan Komisi Eropa telah mengizinkan Microsoft untuk melanjutkan proses akuisisinya.

Menurut Uni Eropa, Microsoft “tidak akan menolak pendistribusian gim-gim Activision ke Sony. Bahkan, jika Microsoft menarik gim-gim (Activision Blizzard) dari PlayStation (milik Sony), itu tak akan mengancam kompetisi pasar konsol gim.”

Selain Uni Eropa, pihak berwenang Arab Saudi, Chili, Serbia, Jepang, dan Afrika Utara telah menyetujui akuisisi ini. 

Sedangkan Tiongkok, Korea Selatan, New Zealand, dan Australia masih belum memberikan keputusannya.

Baca juga: Microsoft digugat senilai Rp1 kuadriliun terkait akuisisi Activision Blizzard

Janji Microsoft untuk sediakan gim Activision di layanan cloud gaming selama 10 tahun

Meski telah disetujui, bukan berarti Uni Eropa tidak mencium ancaman dari monopoli pasar gim video tersebut. 

Namun, berbeda dengan Inggris yang menolak tegas ajuan pembelian Activision oleh Microsoft, Uni Eropa menemukan solusi yang mungkin dapat meminimalisir dampak kompetisi tidak sehat dalam industri gim.

Hal itu adalah komitmen Microsoft untuk mempertahankan gim-gim Activision Blizzard di layanan cloud gaming untuk sepuluh tahun ke depan.

Rencananya, Microsoft akan menyediakan lisensi 10 tahun bagi layanan cloud gaming, termasuk lisensi gratis untuk konsumen di negara-negara Uni Eropa. 

Alhasil, dalam beberapa tahun pertama para konsumen dapat tetap mengakses gim Activision termasuk “Call of Duty” melalui layanan streaming yang dimilikinya.

Rupanya, hal itu tak hanya akan diaplikasikan di Eropa, “Itu akan diterapkan secara global dan mengizinkan jutaan konsumen di seluruh dunia untuk memainkan gim di gawai yang dipilihnya,” ujar Brad Smith, Presiden Microsoft.

CEO Activision sebut komitmen mengembangkan tenaga kerja di Uni Eropa

Di lain sisi, melansir CNN BUSINESS (15/5), CEO Activision Bobby Kotick menyebut akan memperluas investasi bagi para pekerja di Uni Eropa.

“Tim penuh talenta kami yang ada di Swedia, Spanyol, Jerman, Romania, Polandia, dan banyak negara Eropa lainnya memiliki kemampuan, ambisi, dan dukungan pemerintah yang membuat mereka dapat berkompetisi secara global,” tutur Kotick dalam keterangan resminya,

“Kami harap tim kami akan berkembang dan semakin baik, karena adanya dukungan kuat dan pragmatis dari pemerintah negaranya terhadap industri gim,” imbuhnya.

Penolakan keras Inggris terhadap akuisisi Activision Blizzard

Tiga minggu sebelum pengumuman Uni Eropa, The Verge (26/4) melaporkan pihak berwenang Inggris telah memblokir rencana akuisisi Microsoft terhadap Activision.

Pasalnya, menurut badan CMA (Competition and Markets Authority/Otoritas Pasar dan Kompetisi), kesepakatan itu dapat, “mengurangi inovasi dan pilihan bagi para gamers di Inggris di masa depan.”

CMA juga mengkhawatirkan, kontrol Microsoft terhadap gim seperti “Call of Duty”, “Overwatch”, dan “World of Warcraft” akan memberikan keuntungan besar bagi perusahaan tersebut dalam kompetisi pasar cloud gaming.

Hal itu bersumber dari perkiraan Microsoft yang akan memegang 60-70% dari layanan cloud gaming di dunia.

Merespons keputusan Uni Eropa, CMA menyatakan dalam keterangan resminya, “keputusan Komisi Eropa hari ini akan membuat Microsoft menetapkan kondisi pasar dalam 10 tahun ke depan.”

“Mereka akan mengubah pasar kompetitif yang gratis dan terbuka, menjadi sesuai dengan penjualan Microsoft. Itu adalah salah satu alasan mengapa CMA menolak ajuan tersebut. Meski kami menghormati perbedaan pandangan dari Komisi Eropa, CMA akan berpegang teguh pada pandangan kami,” lanjutnya.

Meski begitu, Microsoft tengah mempersiapkan ajuan banding atas keputusan CMA tersebut, dan izin Uni Eropa disinyalir dapat mempermudah proses tersebut.

Sebagai informasi, selain Inggris, Amerika Serikat juga belum menyetujui akuisisi ini. Bahkan, pada akhir Desember lalu, Microsoft tengah mendapat gugatan konsumen dan diminta untuk membatalkan akuisisi terbesar yang pernah dilakukan pasar video-gaming tersebut.