Apa yang termasuk apresiasi budaya
Read in English
Kita sudah melihat berbagai jenis dan contoh apropriasi budaya di bagian sebelumnya. Namun, apresiasi masih menjadi misteri. Bagaimana kita membedakan keduanya?
Apresiasi, menurut definisinya, adalah tindakan memahami atau mengerti bahwa sesuatu memiliki nilai dan penting. Dalam konteks ini, apresiasi budaya adalah tindakan saling memahami dan memberi manfaat bagi kedua belah pihak saat menerapkan atau menggambarkan sebuah budaya.
Apresiasi budaya paling tepat didefinisikan sebagai pertukaran budaya, di mana kedua belah pihak bersedia untuk berpartisipasi dalam sebuah budaya, sekaligus dapat memahami dan menghormati budaya satu sama lain.
Sebelum masuk ke contoh, kita harus memahami tiga jenis pertukaran budaya berikut ini:
Multikulturalisme - Suatu masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok budaya atau etnis. Masyarakat hidup berdampingan satu sama lain, namun tiap kelompok budaya tidak mesti berinteraksi satu sama lain. Contohnya, dalam lingkungan multikultural, masyarakat mungkin pergi ke swalayan dan restoran milik etnis tertentu, namun tidak benar-benar berinteraksi dengan tetangga mereka dari kelompok etnis tersebut. Mereka hanya hidup berdampingan dalam satu lingkungan.
Lintas budaya adalah perbandingan dan kontras antara dua kelompok budaya. Contohnya, komunikasi lintas budaya termasuk menyoroti cara berkomunikasi yang berbeda dalam satu bahasa yang sama atau bahasa tubuh yang bertolak belakang antara dua kelompok budaya.
Antarbudaya adalah memiliki pengertian mendalam dan rasa hormat terhadap semua budaya. Komunikasi antarbudaya fokus pada pertukaran ide dan norma budaya serta perkembangan hubungan yang mendalam. Dalam masyarakat antarbudaya, tidak ada yang tidak berubah karena setiap orang saling belajar dan tumbuh bersama.
Lalu, seperti apa apresiasi budaya dalam praktiknya?
Saat berkunjung ke Pakistan pada tahun 2010, Angelina Jolie mengenakan hijab, atau dikenal sebagai jilbab bagi Muslim. Mengingat hijab adalah elemen penting dalam budaya Pakistan, Jolie memakainya untuk menghormati lingkungannya dan untuk menjaga elemen kesopanan.
Contoh lainnya adalah ketika label pakaian olahraga asal Brazil, Osklen, mengambil inspirasi dari Asháninka, suku asli yang tinggal di hutan hujan Brazil dan Peru, untuk koleksi musim semi tahun 2016-nya. Osklen membayar suku tersebut untuk bisa menggunakan secara etis aspek dari budaya mereka, seperti tato dan kain tadisional, dalam koleksinya. Dengan uang tersebut, masyarakat Asháninka mampu mendirikan sekolah dan membuka toko untuk menjual produk kerajinan mereka.
Dengan demikian, ada batasan yang lebih halus antara apropriasi dan apresiasi. Penting bagi kita untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan tujuan kita sebelum melibatkan diri dalam atau menggunakan sebuah budaya yang bukan bagian dari budaya kita. Tidak ada yang salah dengan mengambil inspirasi, tapi ingatlah untuk merepresentasikan budaya tersebut dengan sedemikian rupa sehingga makna aslinya tidak dilupakan, serta memberi pengakuan yang selayaknya.
Inklusivitas dan representasi adalah dua faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika menggambarkan sebuah budaya.
Dalam sebuah perbincangan dengan Duta Besar Indonesia untuk Perancis di Paris, direktur kreatif Dior, Maria Grazia Chiuri, memaparkan inspirasi Dior di balik keputusan mereka untuk menggunakan kain Endek, kain tradisional Bali dalam koleksi Spring/Summer 2021 Dior. Alasannya adalah karena Dior ingin menyoroti keterampilan asal Indonesia, terutama para wanita penenun.
Tim Dior juga berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Indonesia di Paris untuk memastikan bahwa kain-kain tersebut didapatkan secara etis, serta sesuai dengan kebudayaan dan pusaka Bali.
Jika satu-satunya tujuan mengambil inspirasi dari sebuah budaya adalah untuk memaksimalkan keuntungan, tanpa menunjukkan pengertian atau pemahaman mengenai akar budaya/tradisi/identitasnya, maka tindakan tersebut bisa dianggap sebagai apropriasi budaya.