Perusahaan mainan Studio Ghibli terbawa skandal suap Olimpiade Tokyo
Kejaksaan Jepang menuding mantan eksekutif komite organisasi Olimpiade Tokyo, Haruyuki Takahashi, akibat diduga menerima uang suap dari perusahaan mainan yang menjual boneka maskot berlisensi resmi Olimpiade Tokyo 2020, Sun Arrow.
Kabar ini pertama dilaporkan koran harian Mainichi (16/10). Pasalnya, Takahashi diduga menerima ¥8 juta (sekitar Rp830 juta) dari Sun Arrow yang dikenal memproduksi berbagai merchandise film Studio Ghibli, mulai dari “My Neighbor Totoro” hingga “Kiki's Delivery Service”, serta berbagai anime lainnya.
Pasalnya, menurut laporan Mainichi (16/10), uang suap tersebut ditransfer pihak Sun Arrow ke firma konsultasi milik rekan golf Takahashi. Selanjutnya, ¥8 juta tersebut ditransfer ke Takahashi.
Tim investigasi kejaksaan Tokyo menyatakan bahwa setelah menerima sogokan, Takahashi melobi komite organisasi ajang kejuaraan Olympics Games untuk memberikan keuntungan tambahan kepada perusahaan Sun Arrow atas penjualan merchandise boneka Olympic Games Tokyo 2020.
Melansir Japan Times (23/9), Takahashi —yang juga adalah mantan managing director agensi periklanan raksasa Jepang Dentsu— pun telah menerima uang suap sebesar ¥51 juta (sekitar Rp5,2 miliar) dari perusahaan ritel Aoki Holdings. Bahkan, dirinya didakwa karena hal tersebut pada September lalu.
Ia juga menerima sogokan sebesar ¥76 juta (sekitar Rp7,9 miliar) dari penerbit Kadokawa. Tak berhenti di situ, Takahashi diduga menerima suap lainnya sejumlah ¥15 juta (Rp1,5 miliar) dari Daiko Advertising.
Seluruh sogokan itu bertujuan memuluskan proses kontrak sponsorship ketiga perusahaan untuk Olympic Games Tokyo 2020. Pasalnya, posisi Takahashi di komite organisasi ajang kejuaraan olahraga dunia itu sangat berpengaruh bagi pemilihan perusahaan yang bisa menjadi sponsor.
Menurut Japan Times (26/8), memang banyak perusahaan berlomba-lomba untuk menjadi sponsor Olympic Games. Perusahaan besar itu harus membayar nominal yang berbeda-beda untuk masing-masing level sponsor, yakni Gold Partners (¥15 miliar/sekitar Rp1,5 triliun), Official Partners (¥6 miliar/sekitar Rp622 miliar), dan Official Sponsors (¥1,5 miliar/sekitar Rp155 miliar).
Kejaksaan pun menduga sejumlah perusahaan yang menyogok Takahashi telah mendapat potongan harga untuk menjadi sponsor Olimpiade. Seperti Aoki Holdings yang hanya membayar setengah harga Official Sponsors, yaitu sebesar ¥750 juta (sekitar Rp77,8 miliar).