Ikan Mas dari karya seni di Korea Selatan dicopot akibat dugaan penyiksaan hewan
Bagian dari karya instalasi seni yang menampilkan ikan mas dalam plastik infus, dicopot dari pameran pada Selasa (12/7). Karya seniman Yu Buck ini diprotes pejuang hak hewan karena dugaan penyiksaan yang dilakukannya dalam pameran "Mourning: In the Wake of Loss" di Jeonnam Museum of Art di Gwangyang, Korea Selatan.
Melansir The Korean Times, ternyata 15 ikan mas dalam karya berjudul "Fish" ini telah sekarat secara perlahan sejak dipamerkan pada akhir Juni. Bahkan sepertiganya diduga telah mati akibat tidak diberikan makanan. Fakta inilah yang kemudian mengundang amarah sejumlah pengunjung.
Setelah itu, penyelenggara pameran kemudian mengumumkan pembebasan ikan mas dari karya tersebut. Meskipun bagian instalasi lainnya masih tetap dipamerkan.
"Museum seni dirancang untuk berfungsi sebagai wadah terbuka untuk diskusi," kata pejabatnya. Katanya lagi, "Karena kami menghargai umpan balik pengunjung dan sikap kelompok pejuang hak hewan, kami menurunkan ikan mas setelah berkonsultasi dengan seniman karya tersebut."
Instalasi tersebut merupakan respons Yu Buck terhadap tema kuratorial pameran yang menjelajahi bagaimana manusia berkabung dan merespons pengalaman kehilangan yang traumatis dan diubah ke dalam bentuk karya seni. Tema itu sesuai dengan pengalaman fisik dan psikologis dari kejadian-kejadian beberapa tahun terakhir, seperti pandemi COVID-19, perang, dan perubahan iklim.
Konsep itu dituangkan Yu Buck dalam karya dengan menampilkan makhluk hidup yang menghadapi kepastian kematian, setelah terperangkap tanpa bantuan hingga akhir pameran pada September nanti. Niatnya, instalasi ini memperlihatkan kekerasan intrinsik dan dualitas dari kebiasaan manusia.
Sang seniman menyampaikan kekecewaannya atas penurunan bagian dari instalasinya, "Kematian lambat ikan mas itu dimaksudkan untuk menjadi bagian dari karya saya," ujar Yu dalam pernyataannya.
Yu merasa bahwa hal tersebut menyebabkan hilangnya makna dan pesan karya "Fish". Tidak hanya itu, melalui pernyataan yang sama Yu juga memberikan opininya bahwa seniman memang berpikir dan berekspresi secara berbeda yang tidak selalu sejalan dengan khalayak umum.
Menariknya, protes dari pengunjung dan para pejuang hak hewan tersebut sebenarnya sejalan dengan konsep yang disampaikan Yu Buck. Bagaimana manusia dianggap hanya menghargai alam atas keindahannya, tetapi tetap memanipulasi dan menyakiti alam.