Tingkat pengangguran di Indonesia lebih tinggi 7% dari rata-rata global

Keterampilan bekerja yang cocok dengan kebutuhan industri dibutuhkan untuk memperluas kesempatan bekerja. Sayangnya, hal sebaliknya pun berlaku. Ketika keterampilan tidak cocok bahkan tak mencukupi yang dibutuhkan, peluang kamu untuk melepas status pengangguran akan semakin sulit dan kecil.

Sayangnya, hal itu kerap terjadi. Bahkan, dalam rilis yang TFR terima, tingkat pengangguran di Indonesia lebih tinggi 7% dari rata-rata global 2020. Bahkan 1 dari 5 orang pada usia produktif menganggur. Tak hanya itu, mereka pun sering dikategorikan sebagai kelompok rentan yang menghadapi kondisi pekerjaan berkualitas rendah, upah rendah, kekurangan pengalaman dan lingkungan kerja yang buruk. 

Rupanya, berdasarkan penelitian “Mind the Gap: Mapping Youth Skills for the Future in ASEAN” diketahui bahwa di tengah disrupsi teknologi, masih sedikit anak-anak muda yang menguasai keterampilan digital.

Penelitian ini menemukan 32% responden tidak menguasai keterampilan digital pada tingkat dasar dan 48% lainnya tidak menguasai keterampilan digital pada tingkat lanjutan. Dengan begitu, hal ini menyisakan 25% kaum muda yang menguasai keterampilan digital pada tingkat lanjutan.

Penelitian yang dilakukan ASEAN FOUNDATION bersama Google.org dan Plan International ini juga mengungkap soal minat kerja, di mana 48% responden memilih menjadi Pegawai Negeri Sipil atau PNS sebagai prospek karier mereka dan hanya 18% yang tertarik untuk bekerja pada bidang teknologi. 

Sementara itu, penelitian yang fokus membahas keterampilan yang dimiliki kaum muda di Indonesia dan arah minat kerja mereka ini juga menemukan, sebanyak 35% ingin menjadi wirausaha, 29% ingin bekerja pada bidang media dan komunikasi, 27% pada sektor keuangan, 11% pada bidang pendidikan, 8% bidang kesehatan, 4% pada bidang transportasi, 4% pada organisasi nirlaba, dan 2% untuk sektor energi.

Terkait pengembangan kemampuan dalam bidang teknologi, hanya 40% responden penelitian Mind the Gap yang merasa penting untuk meningkatkan keterampilan digital dasar mereka. Sementara 35% lainnya percaya bahwa peningkatan keterampilan digital tingkat lanjutan diperlukan di dunia kerja.

Penelitian ini juga mengungkap skills yang dianggap penting oleh generasi muda. Hasilnya, sebanyak 64% merasa bahwa keterampilan di bidang self-leadership atau kepemimpinan diri paling utama membantu mendapatkan pekerjaan. Keterampilan self-leadership ini meliputi manajemen waktu, kewirausahaan, inisiatif, sifat dapat dipercaya, dan kemampuan bekerja di bawah tekanan. 

Kemudian, sebanyak 42% kelompok muda juga menganggap keterampilan interpersonal seperti kepemimpinan atau kerja tim dianggap mendukung dalam mendapatkan pekerjaan. 

Lantas, kurangnya keterampilan tersebut diperparah oleh krisis pandemi COVID-19 yang sangat berdampak pada pekerja muda ASEAN. Bahkan, terhitung sebanyak 6,2% generasi muda kehilangan pekerjaan, angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan orang dewasa yang berada di 2,8%.

Sayangnya lagi, tren ini diperkirakan akan semakin menempatkan generasi muda terpinggirkan (underserved youth), seperti perempuan dan difabel, dalam posisi yang kurang menguntungkan.

Seiring bergeraknya dunia dan dampak pandemi yang masih terasa, “Perubahan drastis di dunia kerja kini mewajibkan kaum muda untuk beradaptasi lebih cepat, baik itu melatih kembali atau meningkatkan keterampilan mereka dengan mandiri,” ujar Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Dr. Yang Mee Eng.

Meski begitu, kelompok muda Indonesia masih termotivasi meningkatkan kemampuan pada ragam bidang meski telah relatif menguasainya. Adapun ragam bidang yang dimaksud, yakni kepemimpinan diri sebesar 56%, interpersonal 46%, dan keterampilan kognitif 35%. Prioritas untuk meningkatkan dan melatih kembali keterampilan sejalan dengan upaya yang membantu dalam mendapatkan pekerjaan.