Kontrak rapper buatan AI, FN Meka, dihentikan akibat hadirkan stereotip rasisme

Label rekaman Capitol Music Group (CMG) putus kontrak musisi rap Augmented Reality (AR) FN Meka usai dapat kecaman publik. Konten FN Meka dianggap ofensif terhadap kelompok Afrika-Amerika. CMG pun akhirnya hentikan kontrak Meka 11 hari setelah ditandatangani, tepatnya pada Selasa (23/8).

Melansir The New York Times (23/8), CMG pun lontarkan permintaan maaf atas proyek yang kurang sensitif tersebut, dan menyatakan, “Memutus hubungan dengan proyek FN Meka, segera dilakukan.”

Tidak hanya itu, perusahaan pun mengakui kesalahannya. “Kami meminta maaf sedalam-dalamnya kepada komunitas kulit hitam atas ketidakpekaan kami dalam menandatangani proyek ini tanpa mengkritisi isu kesetaraan dan proses kreatif dibaliknya,” tulis pernyataan resmi CMG.

Melansir BBC, ternyata konten ofensif yang dimaksud publik tersebut hadir dalam berbagai bentuk di proyek rapper AI dengan 10 juta pengikut di TikTok itu. Seperti penggunaan kata "N", hingga rekaman adegan penahanan paksa dan tindakan kekerasan polisi kulit putih terhadap cyborg kulit hitam Meka.

Padahal, produk yang digerakkan sistem Artificial Intelligence (AI) ini baru merilis lagu “Florida Water” pada 12 Agustus lalu, bersamaan dengan peresmian kontrak CMG. Lagu itu diproduksi Turbo, trio Travis Scott, Young Thug, dan Lil Baby dengan produser eksekutif DJ Holiday (Gucci Mane dan Nicki Minaj).

Beberapa saat sebelum CMG membatalkan kontrak, kelompok aktivis perjuangan kesetaraan akses di bisnis musik, Industry Blackout, unggah surat terbuka yang ditujukan kepada perusahaan. 

Kelompok aktivis tersebut mendorong CMG untuk menyatakan maaf atas stereotip rasisme itu dan menyalurkan dana sejumlah nilai proyek Meka, kepada musisi kulit hitam dalam label CMG.

“Kami menemukan masalah minimnya kesadaran tentang betapa menyinggung karikatur ini. Ini adalah penghinaan langsung terhadap komunitas kulit hitam dan budaya kita. Penggabungan stereotip kasar, perilaku apropriatif yang berasal dari artis kulit hitam, lengkap dengan cercaan yang dimasukkan ke dalam lirik,” tulis Industry Blackout, Selasa (23/8)

“Orang-orangan digital ini adalah kekejian yang ceroboh dan tidak menghormati orang yang menghadapi konsekuensi di dunia nyata,” lanjut pernyataan Industry Blackout.

Ternyata, FN Meka ini berada di bawah perusahaan Factory New. Melansir New York Times, pendiri Factory New Anthony Martini menyatakan pada hari yang sama bahwa Ia tak kaget dengan kecaman ini, dan menganggapnya sebagai hasil dari “tulisan judul clickbait blog yang menciptakan narasi tersebut.”

Martini menepis tudingan terhadap proyeknya yang dianggap melanggengkan rasisme dan stereotip terhadap kelompok Afrika-Amerika. “(Dia) Bukan rencana jahat para eksekutif kulit putih. Secara harfiah tidak ada bedanya dengan mengelola seniman manusia, tetapi ini digital,” jelas Martini.