Colosseum di Roma diberi nilai seharga Rp1,1 kuadriliun lewat sebuah riset
Jika diperhitungkan lewat riset, rupanya situs kebudayaan yang menjadi simbol dari Kota Roma, Colosseum ditaksir memiliki nilai aset sosial sekitar €77 miliar atau sekitar Rp1,1 kuadriliun. Hal ini menurut penelitian Deloitte berjudul "The value of an Iconic Asset" atau “Nilai dari aset ikonik”.
Pasalnya, angka tersebut bukan merupakan ditentukan dari kontribusi ekonomi Flavian Amphitheatre, nama resmi Colosseum, kepada Roma. Jumlah itu dihitung melalui faktor-faktor seperti penjualan tiket, kehadiran pengunjung, dan kontribusi pendapatan dari wisatawan kepada bisnis lokal.
Penelitian yang diadakan oleh tim penasihat ekonomi Italia ini menelusuri nilai ekonomi dan sosial dari Colosseum. Selama ini, ternyata kepopuleran dan daya tarik arena gladiator ini di mata turis telah mengundang kunjungan yang memberikan kontribusi besar bagi perekonomian italia.
"Studi yang dilakukan menawarkan kontribusi penting terhadap kemampuan untuk mengukur nilai Colosseum dalam hal ekonomi dan sosial," ujar Fabio Pompei, CEO Deloitte Central Mediterranean.
Betapa tidak, Colosseum yang telah berdiri dari tahun 80 sebelum masehi ini menarik kunjungan tujuh juta orang dari seluruh dunia tiap tahunnya, sebelum pandemi COVID-19. Jumlah tersebut memberi kontribusi sebanyak €1,4 miliar (Rp21 triliun) bagi negara yang sebelumnya bernama Peninsula Italia ini.
“Selain manfaat langsungnya, Colosseum menghasilkan nilai guna tidak langsung, yaitu nilai tak berwujud yang terkait dengan kenikmatan kedekatan dan pemandangan semata dari sebuah karya ikonik yang unik dan megah, yang disebut nilai hedonis, sebagaimana dibuktikan oleh harga unit bangunan di dekat lokasi,” ujar Head of valuation Deloitte Central Mediterranean Marco Vulpiani.
“Berdasarkan transaksi yang diamati di pasar real estate di sekitar aset dan melalui pembangunan model ekonomi khusus, kami telah memperkirakan bahwa nilai tidak langsung dalam penggunaan Colosseum , diperkirakan dengan metode harga hedonis, sama dengan lebih dari 400 juta euro," tambahnya.
Penelitian ini pertama dipublikasikan Deloitte dalam acara "The value of an Iconic Asset" pada Senin (25/7) awal minggu ini, sebagai usaha dari pengembangan kesenian dan warisan kebudayaan.
"Melalui kesaksian para eksponen otoritatif dunia institusi, budaya dan dunia akademik, hasil dianalisis untuk menunjukkan pentingnya menghubungkan nilai ekonomi yang dapat diandalkan demi karya seni dan warisan budaya dan meningkatkan semua jadi lebih baik. Warisan seni dan budaya melalui penciptaan manfaat ekonomi langsung yang signifikan dapat diperoleh dari aset-aset ini," lanjut Marco.
Dengan begitu, harapannya situs warisan budaya Italia ini dapat menggenjot perekonomian negara dalam waktu yang mendatang.