UNESCO dituntut untuk selamatkan situs bersejarah Hagia Sophia

Asosiasi Arkeolog Yunani (Association of Greek Archeologists/ SEA) mendorong direktur umum UNESCO Audrey Azoulay untuk mengambil tindakan segera dalam melindungi Hagia Sophia di Istanbul, Turki. Hal tersebut disampaikan dalam surat terbuka SEA pada Senin (22/8) lalu.

Tuntutan tersebut mendasar pada keputusan kontroversial pemerintahan Turki untuk mengubah fungsi dan tata kelola masjid sekaligus situs bersejarah itu pada 2020 lalu. Dalam surat tersebut, SEA bahkan menyebut bahwa sistem tata kelola Hagia Sofia hari ini sangat "destruktif".

Bisa begitu kerena, melansir ARTnews (25/8), SEA melihat kondisi kerusakan Hagia Sofia hari ini akibat perawatan yang tidak baik. Tak hanya itu, banyak vandalisme di museum yang terjadi dalam bangunan selama dua tahun terakhir. Contohnya pada Gerbang Kekaisaran dan mosaik Theotokos.

Lebih lanjut lagi, SEA menjelaskan kondisi mengenaskan situs yang terdaftar sebagai situs warisan dunia UNESCO sejak 1985 itu. Mulai dari pintu hingga lantai yang tak baik-baik saja kondisinya.

“Daun pintu kayu Ottoman dari Gerbang Kekaisaran rusak, pelapis dinding dikikis dan dihapus, air mancur dan pintu jadi penyimpanan sepatu, lempengan lantai marmer dihancurkan. Mosaik Bizantium yang unik tetap tertutup dan tidak terlihat. Pengawasan arkeologi tetap berada di luar situs,” tulis SEA.

Dalam surat yang ditulis pada 22 Agustus lalu itu, SEA pun menuliskan, “Kurangnya kontrol pengunjung dan tidak adanya petugas keamanan membuktikan ketidakpedulian terhadap perlindungan situs dan menyerahkan perlindungan situs unik pada kehendak setiap pengunjung atau peziarah.”

Alhasil, banyak yang mulai mempertanyakan integritas tata kelola Hagia Sophia sejak layanan ibadah dilanjutkan. Pertanyaan itu pun hadir dari berbagai belahan dunia yang peduli dengan situs itu.

“Saat itu, pada 2020, ada kekhawatiran di seluruh dunia tentang masalah yang akan muncul dengan menggunakan monumen seperti itu sebagai tempat ibadah, karena pengelolaan tanpa pendekatan ilmiah secara bertahap akan menyebabkan perubahan dan kerusakan pada bangunan bersejarah,” jelas SEA.

Kenyataan itu mendorong SEA untuk meminta bantuan organisasi ilmiah internasional, demi mencari solusi dan mengumpulkan tanda tangan petisi untuk pelestarian Hagia Sophia. 

Pasalnya, Hagia Sofia ialah salah satu situs agama dan budaya paling penting di dunia ini. Jantung area bersejarah Istanbul ini telah menjadi situs warisan dunia UNESCO sejak 1985. 

Asalnya, situs bersejarah ini merupakan gereja katedral terbesar di dunia, hingga pada 1453 diambil alih Kekaisaran Ottoman dan berubah menjadi masjid. Kemudian, akhirnya pada 1935 dijadikan museum pada masa pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk yang terbuka untuk masyarakat Turki atau luar negeri.

“Kami meminta UNESCO untuk turun tangan secara paksa untuk menanggulangi situasi saat ini, yang hanya menimbulkan risiko bagi Hagia Sophia, jantung Area Bersejarah Istanbul, sebuah properti yang terdaftar dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO,” tutup surat terbuka SEA.