Dosen IPB ciptakan aplikasi penerjemah tangisan bayi, tingkat akurasi 94%
Seorang dosen Sekolah Vokasi IPB (Institut Pertanian Bogor) telah mengembangkan aplikasi penerjemah tangisan bayi bernama Madsaz yang diklaim memiliki tingkat akurasi mencapai 94%.
Aplikasi garapan dosen bernama Medhanita Dewi Renanti tersebut, berupaya mengatasi kebingungan orang tua dalam menerjemahkan tangisan bayi.
Melansir kabar Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (1/5), aplikasi buatan dosen Manajemen Informatika IPB tersebut disinyalir telah diunduh lebih dari 180.000 orang.
“Aplikasi ini alhamdulillah sudah banyak membantu ibu-ibu, utamanya yang baru punya anak untuk menerjemahkan tangisan baiknya,” ujar Medhanita, dikutip dari kanal YouTube Vokasi IPB.
Menariknya, pengguna Madsaz pun tak hanya berasal dari Indonesia, melainkan lebih dari 109 negara di dunia yang kebanyakan adalah orang tua muda yang baru memiliki anak.
Sebagai informasi, ternyata aplikasi Madsaz telah tersedia di Playstore sejak 2018 dan tersedia dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia.
Baca juga: Aplikasi kencan Muslim kalah dalam gugatan melawan induk Tinder, diminta segera ganti nama
Madsaz efektif untuk mendeteksi arti tangisan bayi usia nol hingga tiga bulan
Medhanita turut menjelaskan bahwa aplikasi Madsaz buatannya paling efektif digunakan untuk mendeteksi kebutuhan bayi berusia nol hingga tiga bulan.
Adapun bagi bayi di atas usia tersebut, aplikasi tetap dapat digunakan meski tingkat akurasinya tidak setinggi pada bayi berusia hingga tiga bulan.
Lebih lanjut, aplikasi dapat mendeteksi lima jenis tangisan bayi, seperti tangisan karena lapar, mengantuk, bersendawa, kembung, atau ketika seorang bayi merasa tidak nyaman.
Lantas, bagaimana cara memakai aplikasi Madsaz agar bisa menerjemahkan tangisan bayi?
Rupanya, cara menggunakan Madsaz terbilang cukup simpel. Pengguna hanya cukup merekam suara tangisan bayi dalam waktu beberapa menit.
Kemudian, aplikasi langsung akan menerjemahkan jenis tangisan yang dapat menjadi rujukan tindakan yang dapat diambil orangtuanya.
“Misalnya ternyata tangisan karena tidak nyaman, mungkin bisa dicek apakah popoknya sudah basah,” tutur Medhanita.
Medhanita telah mengembangkan aplikasi sejak sepuluh tahun lalu
Ide tentang aplikasi Madsaz ternyata telah muncul di benak Medhanita sejak 2011 lalu. Kala itu, ia tengah mengandung dan kerap mengikuti seminar tentang proses tumbuh kembang anak.
“Saya dapat informasi bahwa bayi itu memiliki bahasa yang dapat dimaknai atau diartikan oleh orang dewasa,” tuturnya.
Namun sayangnya, Medhanita mengaku bahwa kala itu belum ada aplikasi berbasis Android untuk menerjemahkan tangisan bayi.
Alhasil, ide membuat Madsaz muncul dan sang dosen Vokasi IPB tersebut pertama mengembangkan layanan untuk desktop pada 2013 silam dan diluncurkan pada tahun yang sama.
Kemudian, pada 2015 Medhanita kembali mengembangkannya untuk gawai berbasis Android dan diluncurkan tiga tahun setelahnya.