TFR

View Original

Tampilkan lukisan adaptasi karya Vermeer buatan AI, museum di Belanda diprotes publik

Museum Mauritshuis di Den Haag, Belanda, tuai protes publik karena memamerkan karya buatan AI yang mengadaptasi lukisan ikonik “Girl with a Pearl Earring” dari Johannes Vermeer.

Melansir THE ART NEWSPAPER (13/3), rupanya karya yang dibuat dengan Artificial Intelligence (AI) tersebut merupakan lukisan dari Julian van Dieken.

Ternyata, karya Dieken menjadi salah satu dari karya visual lainnya yang lolos seleksi pameran “My Girl with a Pearl” dari Museum Mauritshuis.

Program pameran “My Girl with a Pearl” itu sendiri mengajak siapapun mendaftarkan karya adaptasi mereka terhadap lukisan ikonik Vermeer “Girl with a Pearl Earring”.

Menurut THE ART NEWSPAPER, ada sekitar 3.480 pendaftar, dan hanya lima yang lolos seleksi, termasuk seniman AI Dieken yang menyebut dirinya sebagai seorang “kreator digital”.

Namun, dengan kuatnya perdebatan soal keabsahan karya seni yang dibuat dengan AI, tak bisa dimungkiri karya Dieken pun menuai kritik publik yang cukup keras. 

Sampai-sampai seorang seniman asal Colorado, Julia Rose Waters mengatakan, “Sangat kecewa dengan (Mauritshuis) karena telah memilih karya AI.”

Baca juga: Coca-Cola luncurkan kampanye “Masterpiece”, hadirkan karya Andy Warhol hingga Van Gogh

Dieken sebut “My Girl with a Pearl” menerima karya dengan media apa pun termasuk AI

Pada Februari lalu (20/2), melalui laman Instagram-nya yang dipenuhi karya-karya AI, Dieken mengumumkan partisipasinya dalam pameran “My Girl with a Pearl” di museum Mauritshuis.

“Saat ini, sebuah karya yang dibuat dengan perangkat AI (Midjourney) dan Photoshop sedang dipajang di Den Haag, Museum Mauritshuis, di tempat di mana lukisan terkenal “Girl with Pearl Earring” biasanya dipajang,” jelas Julian van Dieken tentang karyanya dalam media sosial pribadinya (20/2).

Selanjutnya, menurut Dieken, Mauritshuis memang memberi kebebasan dalam hal medium untuk karya-karya apropriasi lukisan Vermeer tersebut, “bisa jadi foto, gambar, gambar AI, rajutan, apa pun itu.”

Kritik publik dan kegelisahan seniman dengan dipajangnya karya AI di museum

Kontroversi dan perdebatan soal keabsahan karya seni yang dibuat dengan perangkat AI belum rampung, kabar Dieken undang protes publik.

Pasalnya, beberapa waktu terakhir seraya perkembangan pesat AI, banyak seniman dan pelaku industri seni lainnya yang mengkhawatirkan keberadaan AI.

Karya berbasis AI dianggap dapat menggeser paradigma, dan membuat posisi seniman, isu hak cipta, dan nilai pasar menjadi tidak jelas.

Komentar publik itu pun datang ke laman Instagram Dieken serta Mauritshuis. “Memamerkan karya AI adalah sebuah lelucon,” ujar salah satu komentar dari seniman Amerika Serikat, Graham McCarthy.

Akan tetapi, setelah komentar soal karyanya semakin banyak, Dieken seolah bangga dan menambah tulisan dalam akun LinkedIn pribadinya yang berbunyi, “Tentunya, karya ini dianggap progresif dan spesial museum, maka museum memilihnya (untuk ditampilkan) dibanding karya lainnya.”

“Gambar AI pertama di museum, ya? Berarti ini merupakan bagian dari sejarah,” pungkas Dieken.

Respons Mauritshuis soal kontroversi karya pilihannya

Melihat protes membanjirinya, Mauritshuis menyatakan dalam sebuah keterangan resmi bahwa pameran “My Girl with a Pearl” bukanlah sebuah kompetisi.

“Ini bukan tentang karya mana yang paling indah atau terbaik. Bagi kami, pijakannya adalah seberapa jauh karya lukisan terkenal Johannes Vermeer menginspirasi sang seniman (pendaftar). Dan itu (karya) bisa dibuat dengan berbagai macam bentuk dan teknik,” tulis keteranganMauritshuis.