Lukisan terkenal Vermeer diklaim tak asli, undang perdebatan museum di dua negara
Johannes Vermeer, maestro Belanda pelukis dari “Girl With a Pearl Earring” (1665), menjadi sorotan dan mengundang perdebatan dua museum seni besar dunia terkait keaslian karyanya, "Girl with a Flute".
Melansir The Guardian (1/11), salah satu karyanya yakni “Girl with a Flute” (dibuat sekitar 1665-75) ternyata selama ini diteliti berbagai instansi akibat dipertanyakan keasliannya. Meski begitu, karya tersebut akan dipamerkan di Rijksmuseum Amsterdam, Belanda, mulai 10 Februari tahun depan.
Lukisan “Girl with a Flute” dihibahkan ke National Gallery of Art (NGA), Washington, Amerika Serikat (AS) oleh Joseph Widener pada 1942 silam dan dinyatakan hanya “dikaitkan dengan Vermeer”.
Rupanya, klaim tersebut dikeluarkan oleh kurator NGA kala itu dengan menyatakan, “Saya telah memutuskan untuk meniadakan “Girl with a Flute” dari (koleksi NGA) Vermeer karena terlalu ekstrem, mengingat masalah konservasi kompleks seputar gambar ini.”
Di sisi lain, menurut The Art Newspaper (16/8), spesialis karya seni senior dari Metropolitan Museum of Art, Walter Liedtke, selama ini percaya bahwa lukisan itu asli Vermeer.
Meskipun, instansi seni dan peneliti lainnya di dunia terus meragukan keasliannya.
Tidak heran jika NGA telah membuka pameran yang didedikasikan untuk karya-karya maestro Belanda itu, “Vermeer's Secrets” pada 8 Oktober lalu, dan mereka tak menampilkan “Girl with a Flute”.
Menurut keterangan NGA, pigmen mikroskopis lukisan yang dibaca menggunakan teknologi termutakhir menunjukkan bahwa lukisan di atas panel kayu itu bukanlah karya Vermeer, dan hanya sebuah tiruan.
Meski begitu, Rijksmuseum Amsterdam yang juga melakukan penelitian mendalam tentang Vermeer bersikukuh untuk menampilkan “Girl with a Flute” dalam pameran Vermeer di tahun depan.
“Mereka telah melakukan penelitian hebat di NGA, Washington, terhadap empat Vermeer mereka (yang dipertanyakan keasliannya). Dan kami, selama pandemi juga telah meneliti untuk pameran terhadap 10 karya Vermeer,” ujar Taco Dibbits, direktur Rijksmuseum, melansir The Guardian (1/11).
Tidak hanya itu, Dibbits pun melanjutkan, “Kami telah membahas seluruh temuan teknis dan pandangan kami tentang Vermeer berdasarkan temuan teknis dengan Washington (NGA), pandangan kami tentang Vermeer yang lebih inklusif daripada Washington.”
Perdebatan terkait keaslian lukisan Vermeer ini, salah satunya disebabkan oleh minimnya catatan pribadi maestro Belanda itu akan subjek karya-karyanya. Betapa tidak, ternyata sang seniman, Vermeer yang wafat pada usia 43 itu tak meninggalkan sedikit pun catatan diary atau surat tentang karyanya.