Pameran survei tunggal Patricia Piccinini resmi dibuka di Museum MACAN!

Seniman Australia Patricia Piccinini resmi menggelar pameran survei tunggal pertamanya di Indonesia, tepatnya di Museum MACAN.

Pameran bertajuk “CARE” itu dikurasi oleh Tobias Berger dan menampilkan eksplorasi visi artistik Piccinini lewat koleksi karya-karyanya.

Total ada lebih dari 40 patung berukuran hidup, tiga instalasi video berukuran masif, dan instalasi yang terbuat dari ribuan bunga berjudul “Celestial Field” (2021).

“CARE” mengeksplorasi tema universal tentang hubungan dan keintiman yang bisa dirasakan oleh audiens seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Pasalnya, pameran ini menyelami isu-isu global yang mendesak, seperti ekologi, keanekaragaman hayati, serta bioteknologi. 

Penikmat seni akan diajak bertemu dengan serangkaian makhluk imajiner baru yang terinspirasi dari makhluk hidup dan mitologi untuk merenungkan bentuk kehidupan imajiner hibrida serta tantangan yang dihadapi Indonesia terkait spesies yang terancam punah.

Piccinini turut mengundang pengunjung mengeksplorasi emosinya sebagai manusia ketika harus berhadapan dengan hal yang tidak mereka ketahui.

“Kami bangga bisa mempersembahkan pameran tunggal perdana Patricia Piccinini di Indonesia. Sebagai perupa yang diakui secara global, Piccinini dikenal dengan visinya yang mampu melintasi beragam isu kritis dalam masyarakat kontemporer,” ujar Direktur Museum MACAN Venus Lau, Selasa (21/5).

Patricia Piccinini dalam kesempatan sama mengatakan, “Indonesia merupakan negara yang besar. Saya tumbuh dengan mempelajari budaya Indonesia, sehingga dapat menggelar pameran di sini merupakan impian saya yang berhasil terwujud.”

Baca juga: Perdana di Indonesia, perupa Patricia Piccinini gelar pameran solo di Museum MACAN

Hadirkan sederet patung hiperealistis

Seniman kelahiran 1965 di Sierra Leone ini dikenal dengan karya patung makhluk khayali alami dan mekanis dengan gaya hiperealistis.

Ia memadukan material sintetis seperti silikon, serat kaca, dan serat plastik ABS dengan bahan organik seperti rambut dan hewan taksidermi untuk menghasilkan makhluk imajiner surealis.

Karya-karyanya juga identik dengan eksplorasi bentuk baru mengenai tubuh dan aspek fisik; mencerminkan batas yang makin samar antara yang artificial dan yang alami, serta mempertanyakan pemahaman mengenai hubungan dengan dunia sekitar.

Lebih jauh, karya-karyanya ingin memperlihatkan masa depan di mana manusia dan makhluk lain dapat hidup berdampingan dalam bentuk tubuh yang sama, tak terbatas pada ruang yang sama saja.

“Melalui pameran ini, saya ingin memantik rasa penasaran para pengunjung, khususnya rasa penasaran mengenai dunia. Saya juga ingin menyorot bagaimana manusia seharusnya memperlakukan hewan, makanya di pameran ini banyak ditampilkan hewan-hewan, khususnya yang terancam punah,” jelasnya.

“CARE” turut diperkaya dengan konteks lokal guna memperdalam relevansi terhadap narasinya, sehingga lebih mudah dikenali dan terhubung erat dengan pengunjung di Indonesia.

“Seperti pada karya ‘The Couple’, di mana situasi rumah tangga dari figur yang ditampilkan mencerminkan lingkungan rumah tangga di Indonesia, dengan barang-barang yang biasa ditemukan di rumah tangga lokal,” terang Venus.

Tobias Berger kemudian menambahkan, “Pameran ini merupakan pengalaman seni visual yang imersif dalam berbagai aspek, sebuah perjalanan melalui ruang-ruang imajinatif, alam, dan ide-ide yang dihidupkan oleh sang perupa.”

Dilengkapi dengan berbagai kegiatan seru!

Selain menyajikan beragam karya, di pekan pembukaan pameran, Museum MACAN menghadirkan serangkaian kegiatan menarik untuk pengunjung. Mulai dari sesi wicara, tur, dan sesi mendongeng untuk anak-anak dan keluarga. 

Pada Sabtu (25/5) mendatang, akan digelar “Patricia Piccinini: CARE, Sebuah Percakapan” di Ruang Gagasan Museum MACAN-ERHA.

Sang seniman bersama kurator Tobias Berger akan memperkenalkan praktik artistik dan perjalanan kuratorial di balik pameran kali ini.

Kemudian di hari Minggu (26/5), sebuah tur anak dan sesi mendongeng istimewa berjudul “Every Heart Sing” mengundang keluarga serta anak-anak untuk menjelajahi area pameran dan berpetualang bersama dalam kisah Skywhale dan Skywhalepapa yang melintasi angkasa.

Museum MACAN akan menghadirkan ruang khusus bagi anak-anak dan keluarga untuk mengeksplorasi beragam bahasa cinta dan kebaikan melalui permainan interaktif dan penjelajahan ruang yang akan tersedia selama pameran ini berlangsung.

Area bernama “Kindred Kinder” itu merefleksikan gagasan Patricia Piccinini mengenai kepedulian naluri alami yang melampaui batasan antarspesies.

Tujuan dari area tersebut ialah mendorong rasa ingin tahu, kebaikan, tanggung jawab, dan menerima perbedaan.

“Gagasan yang diusung ialah saya ingin menciptakan ruang bagi anak muda untuk menciptakan dunia baru yang dapat dimasuki dan mengajak mereka membayangkan hal baru dan bebas berekspresi,” terang Piccinini.

Ia kemudian melanjutkan, “Mereka juga bisa saling berinteraksi dengan satu sama lain dan membayangkan bagaimana rasanya menjadi setengah manusia dan setengah makhluk lain.”

Pameran “Patricia Piccinini: CARE” dibuka mulai Jumat (23/5) dan akan berlangsung sampai 6 Oktober mendatang.

“Saya tidak sabar untuk melihat respons pengunjung terhadap karya-karya saya yang ditampilkan di Museum MACAN. Saya menantikan reaksi para pengunjung di Indonesia, yang mungkin dapat menginspirasi saya untuk membuat karya baru lainnya,” tutup Piccinini.