TFR

View Original

Real time updates penanggulangan bencana bersama DMC Dompet Dhuafa

Sebagai lembaga yang didirikan oleh Dompet Dhuafa, Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa merupakan lembaga semi otonom yang juga berperan sebagai garda terdepan dalam pengelolaan bencana.

DMC Dompet Dhuafa menyediakan layanan yang memudahkan masyarakat untuk lebih aware tentang bencana yang terjadi di Indonesia, sekaligus memberikan wadah bagi mereka membantu lebih mudah dalam satu website dan aplikasi terintegrasi.

Dalam menjalankan salah satu inisiatifnya, khususnya untuk melakukan perlindungan, pemulihan, dan pelestarian pesisir serta pulau kecil di Indonesia, DMC Dompet Dhuafa berkolaborasi dengan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).

Rencana kerja sama ini telah resmi ditandatangani pada Senin (8/7) dan akan dimulai di Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta.

Di sini, DMC Dompet Dhuafa dan WALHI memiliki agenda utama untuk menanam 1000 bibit mangrove yang nantinya akan diteruskan ke pesisir utara Pulau Jawa. Tak hanya itu, kegiatan ini nantinya juga akan dilaksanakan ke provinsi lain di Indonesia.

Baca Juga: “Pagelaran Sabang Merauke” segera digelar, libatkan 600+ seniman lintas genre

Dampak krisis iklim mengganggu stabilitas sosial ekonomi Pulau Pari

Salah satu alasan program ini dimulai di Pulau Pari yaitu warga di sana telah mengalami krisis iklim yang cukup parah. Menurut Asmania, Ketua Kelompok Perempuan Pulau Pari, krisis tersebut mengakibatkan abrasi di Pantai Rengge semakin memburuk dengan pohon-pohon di pinggir pantai mulai tumbang.

Krisis iklim tersebut mengakibatkan seringnya mengalami banjir, kenaikan air laut, cuaca ekstrim, dan tingginya geombang. Hal ini tentu semakin memperburuk kondisi sosial ekonomi masyarakat Pulau Pari. Tak hanya itu, krisis iklim juga memicu banyak jenis ikan laut sulit ditemukan karena temperatur yang semakin hangat.

Dampaknya tak jarang membuat wisatawan banyak yang membatalkan kunjungan wisatanya. Padahal, pulau yang dihuni oleh lebih dari 400 keluarga ini rata-rata mata pencahariannya adalah bekerja sebagai nelayan dan pegiat pariwisata.

“Situasi tersebut menjadi pukulan keras bagi ekonomi kami yang tergantung pada sektor perikanan dan pariwisata yang selama ini menjadi income utama Pulau Pari,” kata Mustaghfirin, Ketua Forum Peduli  Pulau Pari. 

“Dengan demikian, kerja sama antara WALHI dan DMC Dompet Dhuafa diharapkan akan memperkuat masyarakat Pulau Pari dalam menghadapi ancaman krisis iklim dan perampasan ruang hidup,” lanjutnya.

Alasan lainnya yaitu Pulau Pari merupakan pulau yang dekat dengan Jakarta yang menjadi pusat segala kekuasaan, kebijakan, dan keputusan negara Indonesia.

“Jika kebijakan yang dekat dengan pusat kebijakan saja tidak berpihak pada kepentingan masyarakat bisa dibayangkan mungkin ada hal-hal serupa di tempat yang lebih jauh lagi,” tegas Deputi Direktur 1 Program Sosial Budaya Dompet Dhuafa, Juperta Panji Utama.

Upaya kolaboratif yang dilakukan secara berkelanjutan

Dompet Dhuafa berharap dapat bekerja sama dengan lebih banyak pihak lain, terutama dengan masyarakat dan pihak yang terdampak kerusakan lingkungan serta krisis iklim.

Hingga saat ini, DMC Dompet Dhuafa sendiri juga telah melakukan upaya pendampingan suatu kawasan agar mampu tangguh dalam menghadapi bencana, baik akibat alam itu sendiri maupun dampak dari krisis iklim.

Pendampingan suatu kawasan tersebut berjalan dalam program Kawasan Tanggap dan Tangguh Bencana (KTTB) yang tersebar di wilayah Lebak (Banten), Ciliwung (Jakarta), Gunungkidul (DIY), Demak (Jawa Tengah), Pacitan (Jawa Timur), Lombok (NTB), dan Ternate (Maluku Utara).

Direktur Eksekutif Walhi Nasional Zenzi Suhadi mengatakan kerja sama antara WALHI dan DMC Dompet Dhuafa merupakan persatuan antara dua gerakan yang memobilisasi nilai dan moral kemanusiaan dan gerakan yang melindungi memajukan hak manusia atau lingkungan.

Kerja sama ini diharapkan dapat mendorong upaya kolaboratif yang dapat terus membantu memulihkan wilayah-wilayah pesisir demi meningkatkan kesejahteraan lingkungan serta kehidupan di sekitarnya.

“Kami memaknai pertemuan dua organisasi ini sebagai perkawinan antara dua anggota gerakan yang memobilisasi nilai dan moral kemanusiaan dan gerakan yang melindungi memajukan hak manusia atau lingkungan maka kita akan melahirkan satu hal bahwasannya orang lahir dimanapun, berdiri di pulau manapun dia mempunyai hak terhadap semua yang ada di muka bumi ini,” jelasnya.

Menurutnya, pertemuan antara WALHI dan DMC Dompet Dhuafa ini akan menjadi jembatan untuk publik terlibat menyelamatkan alam. Ia berharap upaya ini akan terus dilakukan dan dirawat.

Ia menambahkan, “Saya juga mengusulkan di tahun depan pada tanggal yang sama di tempat yang sama kita mengulangi lagi pertemuannya tetapi dengan skala yang lebih besar.”