Sejauh Mata Memandang dan Greenpeace Indonesia gelar pameran tentang krisis iklim

Brand tekstil Sejauh Mata Memandang (SMM) berkolaborasi dengan Greenpeace Indonesia menggelar pameran bertajuk “Kedai Kita” yang mengangkat isu krisis iklim yang belakangan tengah menjadi sorotan.

Ini merupakan pameran ke-16 persembahan Sejauh Mata Memandang. “Kedai Kita” digelar di Plaza Indonesia mulai Jumat (1/12) lalu dan akan berlangsung hingga 10 Desember mendatang.

Pameran ini merupakan bagian dari serangkaian acara “Berhenti Basa Basi Buat Bumi”, sebuah respons untuk mendorong pemerintah agar mengambil tindakan nyata terkait krisis iklim.

Pasalnya, seperti diketahui, krisis iklim telah memberikan dampak serius terhadap hasil panen di beberapa daerah di Indonesia. 

Salah satunya ialah menimbulkan risiko tinggi terhadap kegagalan panen dan tanam yang dialami para petani hingga petambak.

Beberapa contoh nyatanya ialah kopi di Banjarnegara, beras di Gunung Kidul, ikan bandeng di Gresik, sampai pala dan cengkeh di Maluku; yang disebut telah berada di ambang kepunahan.

Baca juga: Sejauh Mata Memandang bawa pesan untuk jaga bumi lewat instalasi di ARTJOG MMXXI

Diadakan bersamaan dengan konferensi iklim global

Pameran ini pun diselenggarakan bersamaan dengan konferensi iklim tahunan global COP 28 di Dubai, di mana para pemimpin dari berbagai negara berkumpul membahas upaya penyelamatan dunia dari krisis iklim.

Di lain sisi, pemerintah tampaknya belum bisa mengambil tindakan efektif untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca dan mengendalikan kenaikan suhu global.

Oleh sebab itulah pameran “Kedai Kita” digelar, yaitu sebagai wadah untuk memantik kesadaran masyarakat akan isu krisis iklim.

Lebih jauh, “Kedai Kita” diharapkan dapat memotivasi pengambilan langkah nyata dari masyarakat agar bisa melibatkan diri dalam perubahan positif.

“Sesuai dengan judulnya, kami juga ingin mengajak publik untuk bersuara dan beraksi untuk iklim, serta mendesak pemerintah untuk berhenti basa-basi mengobral janji dan solusi palsu, dan segera lakukan aksi iklim yang nyata,” ujar Climate and Energy Campaigner Greenpeace Indonesia Adila Isfandiari dalam siaran pers yang diterima TFR, Senin (4/12).

Pameran terbagi menjadi tiga area

Area pameran “Kedai Kita” terdiri dari tiga area utama, yakni Kopi Tinggal Kenangan, Warung Nasib Kita di Masa Depan (WarNas), dan Warung Sejauh Mata Memandang yang dirancang Keluarga Sejauh, Felix Tjahyadi.

Menariknya, ketiga area tersebut menyoroti isu yang berbeda-beda. Area Kopi Tinggal Kenangan misalnya, yang mengangkat penurunan kualitas dan kuantitas biji kopi akibat cuaca ekstrem yang tak bisa diprediksi.

Di area tersebut, pengunjung dapat mencicipi langsung cita rasa kopi yang kini terancam hanya akan menjadi kenangan akibat krisis iklim.

Sementara itu, pada area Warung Nasib (WarNas), menyorot ketahanan pangan sehari-hari masyarakat Indonesia, seperti cabai hingga rempah, yang turut terancam karena krisis iklim. 

Melalui WarNas, pengunjung bisa berjamu dan melihat berbagai informasi tentang bahan makanan yang terancam punah, lengkap dengan cerita dari para petani terdampak.

Terdapat pula pop-up Warung Sejauh Mata Memandang yang secara khusus dibuka hingga 11 Januari 2024, untuk berbelanja koleksi pakaian hingga aksesori hasil kreasi upcycle dengan motif  khasnya.

Selaras dengan tema yang diusung, semua material pada pameran menggunakan 90% bahan guna ulang (reuse), seperti panel kayu bangunan dari kegiatan SMM sebelumnya dan kain perca sisa produksi SMM yang didaur naik (upcycle).

Hasilnya, ruang pameran tak hanya terlihat indah dan memukau, tetapi juga memberikan sentuhan rancangan yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Diramaikan dengan kegiatan lainnya

Selain menikmati pameran, kamu juga bisa terlibat dalam serangkaian kegiatan lainnya, lho!

Adalah kegiatan bertajuk “Berhenti Basa Basi Buat Bumi” yang diselenggarakan di KALA di Kalijaga, Blok M, Jakarta Selatan mulai 6-10 Desember mendatang dan bisa dihadiri secara cuma-cuma.

Di samping itu, di acara tersebut juga akan dihadirkan pameran foto “7 Bahan Pangan” tentang dampak krisis iklim terhadap pangan karya Dwi Oblo, M. Reza, JP Christo, Iqbal Lubis, dan lainnya. 

Tidak hanya itu, ada pula experience room, di mana pengunjung bisa merasakan langsung perjalanan krisis iklim sampai bisa berdampak di meja makan kita.

Ada pula beragam aktivitas seperti artist talk, workshop, dan tarot yang diselenggarakan bekerja sama dengan sejumlah mitra lainnya, termasuk Iklimku dan SuapSuapan.