Pertunjukan tari “Budi Bermain Boal” mengangkat isu pendidikan di Indonesia
Sering kali digunakan sebagai wadah seniman untuk menyuarakan kritik, hal tersebut dilakukan dalam seni pertunjukan tari “Budi Bermain Boal” karya koreografer asal Yogyakarta, Megatruh Banyu Mili.
Pertunjukan tari tersebut menjadi bagian dari program Helatari 2023, yaitu program yang diselenggarakan oleh Komunitas Salihara.
“Budi Bermain Boal” mengangkat tentang pendidikan di Indonesia sebagai isu utama dalam tariannya.
Menampilkan tiga penari (Megatruh, Putri, dan Widi) yang mengenakan seragam pelajar Sekolah Dasar (SD) dengan nuansa putih-merah.
Tarian yang dibawakan oleh tiga penari tersebut pun seolah mengajak para penonton untuk ikut bernostalgia dalam mengenang kembali masa-masa sekolah.
Baca Juga: Seniman internasional CHITO akan adakan pameran di ZODIAC Baresto Jakarta
Tarian lengkap dengan atribut sekolah
Selain tariannya yang membuat banyak orang bernostalgia, berbagai atribut yang digunakan sebagai pelengkap tariannya pun tak kalah menarik perhatian.
Mulai dari kursi, buku gambar, sepatu, kertas, hingga pensil, atribut sekolah tersebut mengiringi tarian dengan aksi teatrikal tersebut.
Melansir Hypeabis (21/6), kedua penari, yaitu Widi dan Putri, mengajak penonton untuk mengikuti koreo sederhana mereka.
Sementara itu, Megatruh membagikan sebuah lembar jawaban dan mengajak penonton untuk mengisinya dengan memori semasa sekolah.
Kritikan yang ditujukan ialah ketika Megatruh menilai sistem pendidikan yang ia alami menerapkan peraturan absolut tanpa mempertimbangkan tujuan pembelajarannya itu sendiri.
Tarian “Budi Bermain Boal” pun akhirnya dirampungkan lewat pengalaman orang yang digabungkan dengan pengalaman pribadinya.
Nama pertunjukannya pun terinspirasi oleh Augusto Boal. Ia mengaku bahwa karyanya terinspirasi oleh karya-karya Augusto Boal sebagai pemrakarsa teater kaum tertindas.
“Inspirasi karya ini adalah karya-karya dari Augusto Boal sebagai pemrakarsa teater kaum tertindas. Teater ia upayakan sebagai media untuk bersuara para kaum-kaum yang selama ini tertindas oleh peran-peran penguasa,” ungkapnya.
Pesan tari yang relevan dengan penonton dan anak Indonesia
Pesan yang disampaikan lewat tariannya pun dirasa relevan oleh para penonton yang menyaksikan pertunjukan tersebut, salah satunya aktris Asmara Abigail yang merasa tema ini bisa relate dengan semua anak Indonesia.
Apalagi mengingat tak sedikit dari anak Indonesia yang mengalami trauma semasa sekolah, mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) terkait peraturan yang ada di sekolah.
Peraturan dan metode pendidikan yang dilakukan di sekolah tanpa sadar memengaruhi pandangan dan perilaku anak-anak terhadap kehidupannya sehari-hari.
Asmara Abigail pun mengatakan bahwa ia sangat terkesan dengan pertunjukan “Budi Bermain Boal”.
Ia menambahkan, “Jujur lumayan merinding karena ini kayak trauma-trauma masa kecil dari TK sampai SMA dan aku rasa seluruh anak Indonesia bisa relate dengan karya ini. Semoga setelah “Budi Bermain Boal”, kita bisa mengucapkan selamat tinggal kepada Budi.”