PINTU Incubator & Lakon Indonesia tampilkan koleksi kapsul di Paris
Lakon Indonesia melalui inisiatif internasional PINTU Incubator mempersembahkan koleksi kapsul hasil kolaborasi di Premiere Classe Paris, salah satu ajang pameran mode paling berpengaruh di dunia.
Inisiatif ini memperkenalkan kekayaan wastra Indonesia ke panggung global sekaligus memperkuat dialog lintas budaya antara Indonesia dan Prancis.
Pasalnya, PINTU Incubator digagas oleh Lakon Indonesia bersama JF3 Fashion Festival dan Kedutaan Prancis di Indonesia melalui Institut Français d’Indonesie dengan tujuan mendukung talenta muda Indonesia agar dapat berkembang dan terhubung dengan pasar internasional.
Didukung juga oleh Kementerian Ekonomi Kreatif Republik Indonesia serta Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreattif DKI Jakarta, PINTU menghadirkan program pendampingan, akses industri, dan eksposur global, sehingga kreativitas Indonesia dapat bersaing secara kontemporer dan profesional.
Melalui Premiere Classe, program ini memberikan kesempatan untuk menunjukkan bahwa karya dari Indonesia memiliki kualitas eksekusi relevansi pasar, dan daya saing global.
“PINTU Incubator lahir dari keyakinan bahwa warisan budaya Indonesia tidak hanya harus dilestarikan, tetapi juga diberi ruang untuk bertransformasi dan bersaing di tingkat internasional,” ujar Founder Lakon Indonesia & Co-Initiator PINTU Incubator Thresia Mareta, melansir siaran pers, Rabu (26/11).
Baca juga: When does innovation become duplication? Lessons from Fuguku and Bunzaburo
Tampilkan hasil program residensi
Dalam edisi Paris ini, PINTU menampilkan hasil Residency Program yang mempertemukan desainer internasional dengan perajin lokal Indonesia.
Salah satu peserta residensi, Priscille Berthaund lulusan École Duperré Paris berkolaborasi dengan penenun asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. Keduanya menerjemahkan struktur tenun tradisional menjadi siluet elegan dengan sentuhan arsitektural.
Ada pula Kozue Sullerot dari École Nationale de Mode et Matière - PSL Paris (Enamoma) yang bekerja sama dengan pembatik asal Tegal, Jawa Tengah dan menciptakan motif serta teknik baru yang memberikan energi segar pada tradisi batik.
Kedua kolaborasi ini menghadirkan koleksi kapsul yang memadukan kedalaman artistik dengan kesiapan pasar, yakni lini mode yang siap bertemu pembeli internasional.
Lebih dari sekadar kolaborasi, PINTU Incubator juga membawa dua merek lokal terkurasi ke Paris. Denim It Up dan Lil Public ialah dua merek yang telah melalui proses pengembangan intensif selama kurang lebih tujuh bulan.
Keduanya telah mengikuti mentoring, pendampingan bisnis, serta persiapan koleksi agar siap bersaing di pasar global. Denim It Up sendiri berhasil menarik perhatian pembeli dari Yunani dan India, sedangkan Lil Public memperoleh pembeli dari Jepang dan Belanda.
Kurasi ini menegaskan komitmen PINTU untuk tidak hanya merangkul lintas budaya, tetapi juga mengangkat potensi brand Indonesia yang menjanjikan ke panggung internasional.
Adapun program mentorship dengan para ahli yang terbuka untuk peserta lain, di mana ahli dari berbagai bidang industri mode dapat berbagi pengetahuan dengan para peserta.
Di antaranya adalah Direktur di École Duperre Paris Alain Soreil, yang baru-baru ini menandatangani MoU dengan PINTU untuk memperkuat kerja sama pendidikan dan pertukaran desainer.
Melibatkan 129 mentor, termasuk 44 ahli mode Prancis, sebelumnya terdapat 10.062 merek dan 12 siswa dari École Duperré Paris yang tertarik mengikuti program ini. Namun, hanya ada 64 merek yang berhasil terinkubasi dan dua yang mengikuti residensi.
“Kerja sama dengan PINTU merupakan langkah penting dalam memperluas jangkauan pendidikan mode. Melalui kolaborasi ini, para desainer Indonesia dapat mengakses perspektif internasional, sementara kami di Prancis juga belajar dari kekayaan tradisi tekstil Indonesia. Ini adalah pertukaran yang saling memperkaya,” tutup Alain.