Pertama sejak 1987, penjualan piringan hitam di Amerika Serikat kalahkan CD
Berdasarkan analisis RIAA (Recording Industry Association of America), untuk pertama kalinya sejak 1987, penjualan piringan hitam atau yang dikenal sebagai vinyl berhasil lampaui penjualan CD di Amerika Serikat.
Pasalnya, menurut temuan RIAA, selama 2022 setidaknya ada 41 juta piringan hitam yang terjual, bernilai sekitar US$1,2 miliar (sekitar Rp18,4 triliun).
Adapun CD hanya terjual sejumlah 33 juta keping, dengan perkiraan total sebesar US$483 juta (sekitar Rp7,4 triliun).
Melansir BBC (13/3), dalam beberapa tahun terakhir, piringan hitam memang telah menunjukkan kepopuleran sebagai media rekaman yang digemari publik.
Betapa tidak, selama sekitar 16 tahun ke belakang, penjualan vinyl terus meningkat. Bahkan, 71% media rekaman fisik yang terjual di Amerika Serikat adalah vinyl.
“Penikmat musik sangat suka dengan rilisan kebendaan yang terkoneksi dengan musisi, serta kualitas suara. Serta, label terus memenuhi permintaan dengan membuat rilisan eksklusif, spesial, dan betul-betul diperhitungkan secara matang,” ujar CEO RIAA, Mitch Glazier dalam situs Medium. (21/9/22)
Baca juga: Plainsong Live kembali gelar Joyland Festival Bali, hadirkan keseruan berfestival di Pulau Dewata
Kepopuleran rilisan fisik musik kian meningkat sejak 2021
Secara menyeluruh, menurut pengamatan RIAA, penjualan rekaman musik pada 2022 meningkat sebanyak 6% dan salah satunya dipengaruhi oleh persebaran karya musisi lewat layanan musik digital.
Lebih lanjut, khusus untuk rilisan fisik musik, penjualannya meningkat 4% pada 2022, di mana vinyl naik sebesar 17% dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan, CD justru alami penurunan sebesar 18%.
Berdasarkan laporan RIAA, kepopuleran rilisan fisik ini disinyalir berkembang pesat pada 2021. Pada tahun tersebut, terjadi ‘kebangkitan mengagumkan’ setelah penjualannya merosot di awal pandemi COVID-19 di awal 2020.
Rilisan fisik kalahkan jumlah unduhan musik digital
Masa kejayaan rilisan fisik musik ini tak hanya ditandai oleh peningkatan konsisten selama beberapa tahun terakhir.
Pasalnya, RIAA menemukan bahwa salinan fisik dari karya musik memiliki performa yang lebih baik dibanding unduhan digital. Bahkan, RIAA melihat bahwa unduhan musik digital merosot sebesar 20% menjadi US$495 juta (sekitar Rp7,6 triliun).
Lantas, hal ini cukup kontras dengan lanskap konsumsi musik di dekade lalu. Mengingat pada 2012 silam, unduhan digital mengambil 43% dari total penjualan rekaman musik.
Meskipun begitu, tidak berarti musik digital sepenuhnya mandek, lantaran pemasukan dari layanan streaming musik, termasuk “langganan berbayar, iklan, radio digital dan customization, platform media sosial, dan lain sebagainya” meningkat 7%, menghasilkan sebesar US$13,3 miliar (sekitar Rp204,5 triliun).
Pengamatan lembaga lain, Luminate, ungkap hasil serupa
Selain RIAA, lembaga lainnya yakni Luminate melaporkan kabar serupa tentang peningkatan penjualan piringan hitam.
Dalam “U.S. 2022 Luminate Year-End Music Report”, disebutkan bahwa penjualan vinyl di Amerika Serikat berhasil mengalahkan penjualan album berformat CD.
Bedanya, laporan Luminate mengacu pada pengamatan penjualan sejak 1991. Serta, menurut Luminate, pencapaian ini telah diraih piringan hitam sejak 2021 silam.
Menurut Luminate, dikutip dari Billboard (11/1), penjualan media rekaman klasik ini meningkat sebesar 4,2% selama 2022 dengan total penjualan sebesar 43,46 juta album vinyl.
Adapun rilisan piringan hitam paling populer ditempati oleh “Midnights” dari Taylor Swift yang terjual sebanyak 945.000 salinan selama 2022.