Pemutaran “IMAJITARI” 2022 tampilkan karya film tari skala internasional

Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) kembali gelar Festival "IMAJITARI" 2022 yang menampilkan 54 film tari terpilih dalam kompetisi International Dance Film Festival di KINEFORUM Taman Ismail Marzuki Jakarta.

“IMAJITARI sebagai sebuah perhelatan internasional yang telah berlangsung selama empat kali ini, adalah sebuah program yang diinisiasi oleh Komite Tari DKJ, sebagai sebuah penggunaan media lain dari praktik koreografi dan tari, yakni media film,” tulis penjelasan resmi DKJ kepada media (29/9).

Istilah film tari yang boleh jadi belum lazim di telinga ini ternyata merupakan sebuah praktik yang tumbuh sejak pandemi COVID-19 melanda. Film tari jadi siasat seni tari untuk berkarya dalam media digital.

“Kata kunci dari media digital ini sebenarnya adalah pengertian tubuh yang termediasi. Menjadi praktik film tari yang lebih analitik, dan pentingnya proses pasca produksi sebagai koreografi dari tubuh yang termediasi tersebut,” tulis rilisan resmi DKJ. 

Lebih lanjut, DKJ menjelaskan bahwa medium digital tak hanya memberikan kebaruan, tetapi juga bagaimana praktik film tari dapat menjadi kerangka arsip. 

Pada "IMAJITARI" kali keempat yang berlangsung secara gratis pada 29 September-2 Oktober 2022, tim seleksi telah menerima 1145 karya film tari dari sekitar 80 negara di dunia hingga terpilih enam karya. 

Enam film tari terbaik yang ditayangkan di KINEFORUM selama festival berlangsung, yakni karya Evi Stamou (Yunani), Danielle Huyghe dan Stefan Mandersloot (Belanda), Iwona Pasińska (Polandia), Chen Li (China), Ginevra Panzetti dan Enrico Ticconi (Jerman), dan Naoto lina (Jepang).

Selain karya pilihan "IMAJITARI" 2022, festival juga menampilkan karya "Film Tari Indonesia" yakni film pilihan dari Indonesia yang tidak lolos ke sesi kompetisi. Tiap pemutaran pun diakhiri dengan sesi diskusi yang dipandu oleh penyelenggara dan menjembatani pembahasan antara sinema dan tari.

Menurut DKJ, karya-karya pilihan "IMAJITARI" 2022 merefleksikan kegelisahan para seniman terhadap isu sosial, budaya, dan politik yang relevan dengan masing-masing negara partisipan. 

“Spasialitas menjadi penanda yang cukup kuat dari para pembuat film tari hari ini. Beragamnya isu sosial budaya dan politik yang melingkupi produksi film tari dari berbagai negara ini, spasialitasnya mempengaruhi bahasa film tari yang diterima oleh tim seleksi IMAJITARI 2022 ini,” lanjut penjelasan DKJ.