Transaksi ekonomi digital Indonesia selama 2022 diprediksi capai Rp1,2 kuadriliun
Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2022 dirilis pada Senin (31/10), Indonesia akan mencapai pendapatan sebesar $77 miliar (sekitar Rp1,2 kuadriliun) dari transaksi ekonomi digital per akhir 2022.
Pasalnya, prediksi keluaran Google, Temasek, dan Bain & Company itu mengatakan bahwa perkembangan Nilai Penjualan Bruto (gross merchandise value/GMV) perekonomian Indonesia akan meningkat sebanyak 22% dari 2021 yang menyentuh angka $63 miliar (sekitar Rp984 triliun).
Mereka menggunakan berbagai variabel dalam penilaian ekonomi digital. Mulai dari layanan e-commerce, supermarket online, layanan transportasi, dan layanan pesan antar, hingga gim.
E-commerce dikatakan sebagai layanan yang paling sering digunakan oleh masyarakat perkotaan di Indonesia. Sedangkan, dibanding layanan lainnya, supermarket online, video-on-demand, dan music-on-demand menempati penggunaan dengan jumlah terendah dalam data e-Conomy SEA itu.
Tak hanya prediksi total pemasukan tahun ini, laporan juga mengungkapkan prediksi lain. “Ekonomi digital Indonesia dapat menyentuh angka $130 miliar (sekitar Rp2,02 kuadriliun) pada 2025 dengan e-commerce sebagai pendorong utama,” lanjut penjelasan laporan e-Conomy SEA 2022 itu. (31/10)
Ternyata, peningkatan ekonomi digital Asia Tenggara, termasuk Indonesia, melaju cepat salah satunya disebabkan peningkatan pengguna internet sebanyak 100 juta pengguna dalam tiga tahun terakhir.
Lebih lanjut, laporan itu memprediksi regional Asia Tenggara —mencakup Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina— nilai GMV akan mencapai US$200 miliar (sekitar Rp3,1 kuadriliun) pada 2022.
Pencapaian itu cukup ngebut, mengingat laporan e-Conomy SEA 2016 silam justru memprediksi bahwa angka tersebut baru dapat dicapai ekonomi digital Asia Tenggara pada 2025 mendatang.