“Black Panther: Wakanda Forever” ajak penonton rasakan beragam emosi
Film “Black Panther: Wakanda Forever” yang telah lama ditunggu-tunggu penggemar Marvel akhirnya resmi tayang di layar lebar Indonesia pada Rabu (9/11) dan membayar tuntas penantian tersebut.
Pasalnya, sekuel dari film “Black Panther” yang dirilis pada 2018 lalu itu menjadi tribute untuk mengenang mendiang Chadwick Boseman yang sebelumnya membintangi tokoh utama T’Challa atau Black Panther.
Film kali ini menceritakan bagaimana Ratu Ramonda (Angela Bassett) dan Shuri (Letitia Wright) harus kembali melanjutkan kehidupan demi melindungi Wakanda di tengah duka usai kematian Raja T’Challa.
Dalam melindungi negerinya dari ancaman Talokan, sebuah bangsa dari bawah laut yang dipimpin oleh Namor (Tenoch Huerta), Ramonda dan Shuri didampingi oleh M’Baku (Winston Duke), Okoye (Danai Gurira), dan para Dora Milaje.
Para pahlawan dari Wakanda tersebut juga dibantu oleh War Dog Nakia (Lupita Nyong’o) dan Everett Ross (Martin Freeman) untuk menaklukan Namor.
Tidak hanya itu, dalam “Black Panther: Wakanda Forever”, penonton juga akan diperkenalkan oleh karakter remaja perempuan genius baru bernama Riri Williams (Dominique Thorne).
Secara keseluruhan, film berdurasi hampir tiga jam ini akan membuat penonton merasakan beragam emosi. Bahkan sejak awal pemutarannya, penonton diajak mengenang sosok Chadwick.
Ya, pada bagian pembuka film ketika logo Marvel Studios muncul, alih-alih menampilkan superhero Marvel, “Black Panther: Wakanda Forever” mendedikasikan bagian pembuka ikonis tersebut dengan potongan foto dan video Chadwick Boseman tanpa adanya musik atau suara pengiring.
Kemudian film dimulai dengan kematian sang Black Panther yang mendadak, meninggalkan tangis dan duka pada seluruh rakyat Wakanda, terutama bagi Shuri yang hingga akhir film tidak bisa melepas kepergian sang kakak.
Sosok Black Panther kembali ditampilkan pada beberapa adegan di awal film dan tak pelak hal tersebut smakin membuat penonton kembali merindukan sosoknya.
Alur film pun lompat ke satu tahun usai T’Challa meninggalkan orang tersayangnya, menunjukkan kondisi Wakanda di bawah kepemimpinan Ratu Ramonda dengan karakternya yang tegas serta penuh wibawa.
Penonton lalu diperkenalkan dengan bangsa baru bernama Talokan yang pada bagian klimaks film akan berperang melawan Wakanda dan hadir beragam adegan aksi mencekam karena pertarungan kuat.
Pada sejumlah adegan, sutradara Ryan Coogler turut menyelipkan komedi menggelitik yang memecah tawa para penonton sebelum disuguhkan dengan alur mengharukan hingga tragedi yang bikin air mata menetes.
Lebih jauh, akan terlihat dengan jelas perkembangan karakter masing-masing tokoh utama, termasuk M’Baku yang tampaknya akan menggantikan peran T’Challa sebagai seorang ‘kakak’ untuk Shuri.
“Black Panther: Wakanda Forever” ditutup dengan Shuri yang mulai menerima kematian T’Challa, di mana ia terlihat mengingat kembali kenangan-kenangan bersama T’Challa semasa hidupnya.
Pada adegan itu, kesunyian kembali terasa lantaran tak ada background music atau soundtrack yang mengiringi.
Selain alurnya, visual dan sinematografi “Black Panther: Wakanda Forever” juga tidak kalah epik dan berhasil membuat penonton merasakan beragam suasana serta emosi selama 161 menit film, khususnya untuk terus mengingat kepergian Chadwick Boseman.
Seperti diungkapkan oleh Coogler, “Black Panther: Wakanda Forever” memang merupakan bentuk penghormatan atas bintang utamanya yang telah lebih dulu pergi.