Elon Musk dan kekisruhannya bersama Twitter

Pada 11 Maret 2022, miliarder Elon Musk diketahui membeli membeli 73.486.938 lot saham Twitter atau setara dengan 9,2% saham. Pembelian saham tersebut menjadikannya pemegang saham minoritas (outsider shareholders) terbesar Twitter, menurut keterangan dari Securities and Exchange Commission (SEC). Pembelian saham tersebut bernilai $2,89 miliar.

Pembelian saham oleh Musk ini ternyata turut menarik perhatian investor lainnya sehingga membuat harga saham Twitter melonjak hingga 27%.

Kurang dari 2 minggu semenjak pembelian saham tersebut, Musk membuat cuitan berupa polling tentang bagaimana tanggapan pengguna Twitter terkait kebebasan berpendapat dalam platform tersebut. Ia kemudian menambahkan kalimat penutup tentang betapa pentingnya polling tersebut dan pentingnya memilih secara berhati-hati.

Di samping itu, SEC menetapkan; setiap orang yang melakukan pembelian saham lebih dari 5% dari total penerbitan saham perusahaan wajib melakukan pelaporan. Maka dari itu, sang CEO Tesla diwajibkan untuk melaporkan kepemilikan saham tersebut dalam dokumen 13G dengan jangka waktu 10 hari sebagai bentuk pengarsipan resmi.

Akan tetapi, Musk baru menandatangani pembeliannya 21 hari sejak kewajiban pelaporan tersebut. Keterlambatan pelaporan ini mendatangkan gugatan kepada Musk dari investor lainnya. Mereka beranggapan, para investor yang menjual sahamnya sebelum Musk mengungkapkan pembeliannya secara resmi terpaksa menjual sahamnya dengan harga yang rendah akibat indikasi manipulasi saham atau artificially deflated market.

Gugatan tersebut diajukan di pengadilan New York oleh orang-orang yang menjual sahamnya pada 24 Maret 2022 sampai 4 April 2022 (jangka waktu pelaporan 10 hari Musk berakhir pada 24 Maret 2022). Mereka beranggapan, “melewatkan euforia kenaikan harga saham akibat pembelian Musk dan dirugikan karenanya”.

Keterlambatan tersebut mungkin dianggap sebelah mata, akan tetapi mendatangkan keuntungan tersendiri bagi Musk sebesar $156 juta. Keuntungan ini dinilai datang dengan mengorbankan pemegang saham lain yang tidak memperoleh keuntungan yang sama.

Para investor juga menduga dengan keras bahwa Musk telah membuat pernyataan yang salah dan lalai secara material dengan kegagalannya dalam mengungkapkan kepada investor bahwa ia telah membeli 5% saham Twitter.

Kericuhan ini tidak berhenti sampai di sini. Pada 13 April 2022, Musk mengungkapkan keinginannya untuk membeli Twitter seharga $41 miliar.

Keinginan tersebut datang dari niat Musk untuk menegakkan kebebasan berbicara di Twitter. Dalam dokumen 13D yang dilampirkan SEC, Musk menyatakan bahwa “sejak melakukan investasi, saya menyadari bahwa perusahaan ini tidak mampu berkembang atau menyajikan ‘societal imperative’ dalam bentuknya saat ini. Twitter perlu diubah menjadi perseroan terbatas”.

Ia kemudian menawarkan untuk membeli Twitter seharga $54,20 per saham secara tunai, 54% premium sehari sebelum ia mulai berinvestasi di Twitter, dan 38% premium sehari sebelum investasinya diumumkan secara publik. Menurutnya, penawaran ini adalah penawaran terbaik.

Meski begitu, Musk melanjutkan, “Jika penawaran saya tidak diterima, saya perlu mempertimbangkan posisi saya sebagai pemegang saham.”

Dalam pesan suara yang dilampirkan SEC, Musk menjelaskan bahwa ia tidak sedang bermain-main dan putusannya bersifat final. Ia menilai pembelian ini dilakukan dengan harga yang tinggi dan para pemegang saham akan menyukainya.

Jika kesepakatan ini tidak berlanjut, Musk menjelaskan, “mempertimbangkan bahwa saya tidak memiliki kepercayaan pada manajemen dan saya juga tidak yakin bahwa saya dapat mendorong perubahan yang diperlukan di pasar publik, saya perlu mempertimbangkan kembali posisi saya sebagai pemegang saham”.

“Ini bukan sebuah ancaman,” terang Musk. Menurutnya, investasi ini tidak sepadan tanpa perubahan-perubahan yang perlu dilakukan. “Perubahan tersebut tidak akan terjadi tanpa mengubah perusahaan menjadi perseroan terbatas,” ujarnya.