Hasilkan Rp 933 miliar pada 2021, pasar seni global bangkit dan pulih ke tingkat pra-pandemi

Berdasarkan laporan rilisan Art Basel dan UBS, pasar seni global berhasil pulih ke tingkat masa pra-pandemi.

Laporan ini menunjukkan bahwa pada 2021, penjualan agregat, termasuk penjualan oleh pialang dan rumah lelang, melonjak 29% ($15 miliar) dibandingkan pencapaian pada 2020. Penjualan pada 2021 mencapai Rp 933 miliar ($65,1 miliar), melampaui tingkat pra-pandemi pada 2019. 

“Pasar seni telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa pada 2021, dengan meningkatnya penjualan agregat, meskipun masih beroperasi di bawah kondisi yang sangat menantang,” kata penulis laporan tersebut, Clare McAndrew.

“Pialang dan balai lelang berhasil menyesuaikan diri dengan sistem dua tingkat baru penjualan dan acara online dan offline, dan meningkatnya kekayaan kolektor bernilai tinggi membantu mendukung permintaan di pasar kelas atas,” tambahnya. 

Pengeluaran rata-rata berkaitan dengan seni yang dikeluarkan oleh individu dengan kekayaan bersih tinggi (HNWI) lebih dari $1 juta mencapai $274.000 (Rp3,9 triliun), dua kali lipat pengeluaran pada 2021.

Laporan ini juga menyoroti kepopuleran NFT, mencatat bahwa 74% dari HNWI yang disurvei pernah membeli NFT berbasis seni pada 2021, dengan harga rata-rata masing-masing NFT senilai $9.000 (Rp130 juta). 

Sementara itu, Amerika Serikat tetap menjadi pasar nasional terbesar dalam perdagangan seni dunia dengan 43% dari total penjualan seni. Posisi kedua dan ketiga diisi oleh Cina dan Inggris, masing-masing berkontribusi 20% dan 17% terhadap pasar seni global pada 2021.