Surat terbuka untuk Kominfo: Setop nge-badut, benahi infrastruktur internet Indonesia
Kepada yang (tidak) Terhormat,
Bapak dan Ibu di Kominfo
Apa kabar bapak dan ibu? Semoga hari kalian cerah-cerah saja ketimbang hari kami, para pekerja yang digaji lewat Paypal tapi sebentar lagi aplikasinya bakal kembali diblokir gara-gara belum daftar PSE. Jujur, pas kami tahu Paypal tiba-tiba diblokir minggu lalu, kami kalang kabut setengah mati.
Bapak dan ibu memang santai-santai saja jika situs atau aplikasi PSE asing ogah daftar. Toh, tidak ada dampaknya, bapak dan ibu masih bisa ongkang-ongkang kaki terima gaji setiap bulan dari kantong pajak rakyat. Sedangkan kami? Kami harus berpikir keras bagaimana kami diupah ke depannya.
Ini baru cerita dari sisi pekerja yang menggunakan Paypal, sedangkan teman-teman kami di industri game juga sedang ketar-ketir karena beberapa aplikasi resmi untuk membeli permainan asli seperti Steam, diblokir sepihak. Bisa-bisa bapak dan ibu mematikan industri game di Indonesia.
Ah, mungkin juga tidak, kan, ya? Soalnya, Bapak Semuel Abrijani bilang, kita bisa memainkan permainan di situs judi online yang lolos dan terdaftar di PSE Kominfo. Katanya, itu bukan judi, itu game atau permainan orang main gaple. Bisa dimainkan tanpa uang malahan dan punya izin usaha.
Padahal, katanya pemerintah dukung industri kreatif hingga memperbolehkan Kekayaan Intelektual seperti konten YouTube jadi jaminan utang. Namun, bukan hanya mematikan sumber pendapatan para pelaku industri kreatif, bapak dan ibu bisa saja melanggar kebebasan masyarakat dalam berekspresi.
Melalui surat ini, kami menyampaikan langsung pelbagai keresahan dan kegelisahan yang dirasakan oleh pelaku industri kreatif. Curahan hati mereka berisi ketakutan serta kebingungan nasib ke depannya. Sekalipun, Kominfo memberikan kesempatan dengan membuka Paypal selama lima hari.
“Perihal Kominfo yang ngeblokir PayPal ini berdampak banget buat passive income saya sebagai freelancer graphic designer. Saya sudah tiga tahun ngebangun passive income ini dan sekarang udah mulai increase tapi nggak lama payment method yang dipakai (Paypal) diblokir Kominfo. Jadi, saya nggak bisa withdraw uang yang saya dapat dari passive income ini. Walaupun sekarang lagi di-unblock, bisa aja saya ambil uangnya. Tapi untuk bulan bulan ke depannya gimana?” ujar Idang kepada kami.
Selaras dengan Idang, “Dampak yang saya rasakan, saya tidak bisa withdraw untuk gaji bulan depan. Meskipun sekarang sudah dibuka pemblokirannya tapi apabila Paypal masih akan diblokir untuk ke depannya, saya jadi tidak bisa mengambil gaji saya, dikarenakan sistem pembayaran yang tersedia sementara ini hanya Paypal,” ungkap Gia yang bekerja sebagai freelancer search engine evaluator.
“Saya bukan sarjana, seorang ibu tunggal sekarang, dan saya juga penyakitan. Saya ngelamar kerja di mana-mana tuh susah, enggak ada yang mau nerima juga. Akhirnya kepake bakatnya bisa bikin komik di Webtoon, tapi dia satu-satunya cara pembayarannya itu lewat Paypal,” ungkap perempuan yang dikenal sebagai Dachi, pengarang Webtoon di Webtoon Canvas International memulai curahan hatinya.
Makanya, Dachi bilang, “Alhamdulillah itu ngebantu saya banget. Saya ini tulang punggung dari keluarga kecil saya, anak saya juga autis dan ADHD. Jadi, saya ini banyak banget yang harus dibayar, mulai dari terapinya sampai rencana dia mau masuk sekolah. Apalagi sekolah inklusif itu mahalnya luar biasa, ya. Terus kebutuhan sehari-harinya. Dengan Paypalnya diblokir, saya jadi pusing tujuh keliling.”
“Soalnya, nggak bisa cairin uangnya. Padahal banyak banget yang harus dibayar, anak juga butuhnya banyak. Emang ini ngerugiin banget dan saya yakin banyak juga orang-orang kayak saya yang mungkin freelancer atau pekerjaannya dibayar dari luar negeri dan sangat bergantung dengan Paypal ini. Sebisa mungkin saya berharap Paypal nggak diblokir lagi. Lebih dimudahkanlah untuk kita,” harap Dachi lirih.
Dachi menegaskan bahwa Paypal ialah platform yang tak berbahaya justru paling aman untuk melakukan pembayaran. Berdasarkan pengalamannya, proses verifikasi Paypal pun nggak sembarangan.
“Kita aja cari duit di negara ini susah, udah syukur di luar negeri kita masih bisa berkarya, masih ada yang mau bayar karya kita, eh sekarang malah begini. Padahal, katanya kita sebagai anak muda didukung buat berkarya di luar negeri dan kita harus menjadi individu yang menghargai bakat kita sendiri. Kita dibayar, dibandingkan kerja di sini. Tolong banget, semoga nggak diblokir lagi,” pungkas Dachi.
Bahkan, Iskandar Smith, kontributor data analisis pasar dan tren di bidang grafis, game, dan teknologi untuk pasar Asia Tenggara, ikut mencurahkan kekecewaannya akan tindakan pemerintah kali ini.
“#BlokirKominfo untuk saat ini kami hanya bisa pasrah dan sabar. Bersiap menjual aset berharga untuk melunasi KUR (Kredit Usaha Rakyat) kami. Terima kasih pak Semuel. Setidaknya Anda berkontribusi atas perkembangan pengangguran Negara sektor Ekonomi Kreatif,” ujar Iskandar lewat cuitan Twitternya.
Sederet kisah di atas baru datang dari mereka yang kesulitan karena diblokirnya satu aplikasi, Paypal. Sekalipun tulisan ini sampai ke tangan bapak-ibu sekalian, tampaknya kepusingan, ketakutan, keresahan, hingga kekecewaan tersebut tidak akan terasa, ya? Kan, bapak dan ibu tetap gajian juga.
Apalagi, bapak ibu berkilah ini bisa menjadi peluang untuk karya anak bangsa. Mohon maaf sebelumnya, ini anak bangsa yang dimaksud siapa, ya? Anak bangsanya bisa bikin aplikasi pengganti Paypal kapan, ya? Selama belum ada penggantinya, Gia sampai Dachi dapat penghasilan dari mana, dong, ya?
Ah, tidak usah dijawab tidak apa. Kan, bapak ibu sekali-kalinya bekerja malah menyusahkan rakyatnya.
Soalnya, selain bikin keributan dan nambah pengangguran, ada banyak daftar pekerjaan bapak ibu yang tampaknya perlu diutamakan. Mulai dari menghadirkan internet di pedalaman, membasmi SMS spam penipuan, hingga mengurus kebocoran data. Apakah itu semua sudah dikerjakan? Kok, ndak kelihatan?
Salam,
Pekerja kreatif yang sudah lelah tolong jangan ditambah susah.