Karya Wastana Haikal, inilah makna Google doodle Hari Kemerdekaan 17 Agustus

Ikut serta merayakan kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Google meluncurkan doodle bertema Hari Kemerdekaan tepat pada 17 Agustus lalu. Ilustrasi hasil kolaborasi dengan ilustrator Wastana Haikal itu mewarnai situs Google dunia sepanjang 17 Agustus 2022 dalam perayaan HUT RI ke-77.

Pasalnya, Google terus menelusuri potensi ilustrator berbakat di seluruh penjuru dunia dan kali ini, dalam rangka ulang tahun RI, ilustrator tanah air yang dipilih. Google Indonesia ingin menunjukkan semangat, dari Indonesia untuk Indonesia. Maka itu, ilustrator asal Bandung Wastana Haikal pun digandeng.

“Sejujurnya aku pribadi ngefans sama Mas Haikal. Kita selalu lihat ilustrator di Indonesia yang mau kami angkat, Mas Haikal adalah salah satu yang kami lirik. Kami lihat karya Haikal itu 'hidup' banget dan mengandung unsur-unsur yang Indonesia banget,” ungkap Communications Manager Consumer Products Google Indonesia Felicia Wienathan ketika ditanyakan alasan memilih Wastana Haikal.

Di sisi lain, Haikal pun mengaku, sejak lama telah bermimpi bisa membuat Google doodle. Bahkan, dirinya mengaku tidak langsung percaya ketika mendapat email dari art director Google Global.

“Aku dihubungi pertama langsung sama art director Google. Tapi, kan jaman sekarang banyak email scam (penipuan) ya, aku takut. Jadi pas dapet email dari dia aku berpikir, ini bener gak ya? Aku sampai nanya temanku yang lain,” kata Haikal tentang pertama kali mendapat kabar dari Google kepada TFR.

Setelah sepakat untuk menjalin kolaborasi dengan Google sejak awal Juli 2022, proses diskusi karya ilustrasi langsung dimulai. Haikal mengaku, proses komunikasi antara dirinya dengan pihak Google berjalan menyenangkan dengan arahan dan saran yang cukup jelas pada tiap diskusinya.

Di sisi lain, Haikal merasa tema kemerdekaan yang diajukan Google cukup menantang. Pasalnya, tema itu cukup luas, yakni inklusivitas, kesetaraan gender, dan harapan pulih bersama pasca pandemi.

Lantas, usai memberikan tiga ide sketsa, Google pun memilih sketsa dengan tema yang terinspirasi dari perlombaan pacu perahu di Riau untuk menjadi narasi pilihan Google doodle HUT RI ke-77.

Pasalnya, setelah mendengarkan makna dari setiap ide sketsa, pihak Google langsung yakin dengan tema perlombaan pacu perahu ini. Doodle karya Haikal itu dinilai mampu mewakili tiap pesan yang ingin disampaikan tanpa perlu kata-kata. Lantas, apa saja makna yang ada pada karya ini?

Lomba pacu perahu atau pacu jalur sendiri ialah perlombaan mendayung tradisional yang menjadi tradisi kebanggan masyarakat Kuantan Singingi, Riau. Setelah Indonesia merdeka, setiap tahunnya perlombaan pacu jalur diadakan sekitar bulan Agustus untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI. 

Nah, jika pemain pacu perahu yang biasanya hanya diisi laki-laki, pada gambar Haikal ada beberapa anak pacu atau pendayungnya jadi perempuan untuk menyampaikan pesan kesetaraan gender. 

Tak hanya itu, untuk menggambarkan kesempatan yang sama bagi semua masyarakat Indonesia, latar belakang para anak pacu juga tak sama, di mana kelima anak pacu menggunakan pakaian adat berbeda.

Lantas, Haikal juga turut menggambar representasi dari komunitas disabilitas. “Di perlombaan perahu ini, di depannya ada tukang tari jalur. Penari ini aku representasikan dengan orang yang menggunakan kaki palsu. Aku ingin merepresentasikan kalo semua orang memiliki kesempatan,” terang Haikal.

Bagi Haikal, bahu-membahu dalam perahu pun menggambarkan gotong royong dan kerja sama yang menyatukan semua dan dapat membuat kita terus bergerak maju. “Untuk mengajak rakyat Indonesia bangkit kembali dari pandemi, konteks perahu, (di mana) semua orang harus bergerak dengan kekompakan yang sama, aku representasikan lewat kegiatan perahu,” tambah Haikal.

Selaras dengan itu, Felicia turut menambahkan bahwa doodle pacu perahu ini juga dianggap mewakilkan karakter Indonesia sebagai negara maritim. “Tahun ini, memang kita lihat penting banget kalau kita bisa membawa pesan tentang negara maritim dan punya kebudayaan yang sangat unik. Dan kedua, negara maritim yang beragam tapi tetap satu, dalam satu perahu, maju bersama,” pungkas Felicia.