Documenta fifteen dituding mengandung anti-semitisme (lagi), komunitas lumbung angkat suara
Setelah dikecam media dan publik atas karya kolektif seniman asal Jogja Taring Padi yang dituding mengandung nilai permusuhan terhadap kaum Yahudi, documenta fifteen kembali mendapat tudingan serupa atas karya seniman asal Suriah Burhan Karkoutly yang berbentuk brosur.
Brosur itu bertemakan gerakan pembebasan Palestina yang dibuat di Aljazair. Karya berisikan gambar darinya ialah bagian dari Presence des Femmes, gerakan pembebasan Palestina yang dibuat di Aljazair.
Pasalnya, melansir News Artnet, dalam sebuah brosur Karkoutly tergambarkan tentara Israel sebagai robot dengan mengenakan helm bersimbol bintang david. Pada gambar lain, tampak seorang perempuan menendang dan melawan tentara israel yang mengenakan topi dengan simbol sama.
Tema yang diangkat Karkoutly pun senafas dengan tema pameran documenta fifteen di Kassel, Jerman, yaitu Archives of Women’s Struggles in Algeria (Arsip Perjuangan Perempuan Aljazira).
Rupanya, ilustrasi Karkoutly, yang terlihat di lokasi utama quinquennial di Museum Fridericianum, dilaporkan oleh seorang pengunjung tiga minggu lalu. Para staf documenta fifteen pun segera menurunkan karya dan melakukan penyelidikan. Namun, sehari setelah itu karya kembali dipasang.
Setelah diusut, perwakilan documenta menjelaskan, meski ada referensi atas konflik Israel-Palestina, tak ada citra Yahudi seperti yang dilaporkan pengunjung. Bintang Daud dalam gambar mengidentifikasi militer Israel. Selanjutnya, karya dari Karkoutly dinyatakan "tidak memiliki relevansi kriminal".
Menyikapi tudingan yang datang bertubi-tubi sejak proses penyelenggaraan documenta fifteen oleh direktur artistik asal Indonesia, ruangrupa, seluruh partisipan yang tergabung dalam komunitas lumbung angkat bicara lewat surat pernyataannya lewat situs e-flux pada Rabu (27/7).
"Komunitas Lumbung yang merupakan gabungan dari seniman dan komunitas dalam documenta fifteen bersama ruangrupa, menyuarakan kegelisahannya terkait tudingan antisemitisme yang telah menghasilkan usaha-usaha censorship," bunyi pembuka surat tersebut.
Anggota komunitas lumbung menekankan sikapnya yang tak pernah mendukung segala bentuk diskriminasi, termasuk antisemitisme itu sendiri. Mereka turut menjelaskan, sejak Januari 2022 mereka kerap mendapat "serangan media" yang menargetkan seniman asal Palestina, pro-Palestina, berkulit hitam, dan seniman muslim. Serangan tersebut diklaim menghasilkan usaha censorship oleh institusi.
Lebih lanjut lagi, komunitas lumbung menjelaskan secara kronologis usaha-usaha penyensoran dan serangan yang telah dialaminya.
27 Mei 2022, area WH22 Werner-Hilpert-Strasse 22 berisi karya dari Question of Funding, Party Office, dan Hamja Ahsan, dibobol dan divandal dengan slogan "187" dan "Peralta" yang diduga merujuk pada gerakan kekerasan terhadap kaum muslim.
13 & 17 Juni, lokasi karya Atis Rezistans|Ghetto Biennale (Haiti/international) dipamerkan, diintai perempuan selama lima hari hingga seorang pria mengancam dan meneriaki sang seniman.
23 Juni 2022, area WH22 ditutup selama dua jam tanpa memberitahu seniman maupun kurator. Tak hanya itu, karya seni Subversive Film di Hübner Areal seharian ditutup.
2 Juli 2022, kolektif Party Office mendapat serangan dari seorang transfobia di Kassel.
10 Juli 2022, arsip seniman Palestina dalam pameran Archives of Women’s Struggles in Algeria tanpa persetujuan. Keesokan harinya karya kembali dipasang setelah didesak sang seniman.
Serangan cyber kepada staf dan seniman documenta fifteen oleh Junges Forum DIG (JuFO), forum Jerman-Israel, terutama melalui Instagram.
Menyikapi segala tudingan yang diberikan kepada documenta fifteen, dewan documenta menyarankan untuk dibangunnya konsultasi bersama ahli antisemitisme kontemporer.
Direktur sementara yang menggantikan Sabine Schormann, Alexander Fahrenholtz turut menekankan, karya yang ditampilkan sepenuhnya tanggung jawab kurator, ruangrupa, atas kebebasan kuratorialnya.
Melansir Artnet News, Menteri Kebudayaan Jerman Claudia Roth menyatakan setuju kepada Fahrenholtz yang menganggap bahwa tanggung jawab sepenuhnya ada di tim kurator dan betapa pentingnya pengawasan eksternal di luar documenta untuk menghindari kemungkinan adanya citra anti-semit.
Namun, saran ini ditolak komunitas lumbung pada pernyataannya. Mereka merasa bahwa bagaimanapun respons atau dialog yang berusaha diciptakan, serangan akan tetap terjadi. Pasalnya, diskusi yang diinisiasi direktur artistik documenta “We Need to Talk! Art, Freedom and Solidarity” Mei lalu, dibatalkan.
“Menerima dewan penasehat akan menjadi preseden dan akan menciptakan lingkungan ketakutan dan sensor diri yang akan membuat kurator dan seniman tidak dapat terhubung dan terbuka dalam lingkup yang aman bersama publik. Seni tidak hanya tentang estetika dan zona nyaman, seni memiliki peran penting dalam membuka saluran dan berurusan dengan sejarah kita, maka biarkanlah. Inilah yang dimaksud dengan kebebasan artistik,” komunitas lumbung menegaskan dalam pernyataannya.