Jaringan bioskop terbesar kedua di dunia, Cineworld, ajukan kebangkrutan

Jaringan bioskop terbesar kedua di dunia, milik perusahaan AS Regal Cinemas, Cineworld ajukan kebangkrutan akibat merosotnya penjualan tiket bioskop. Kenyataan tersebut diungkapkan Cineworld pada Rabu (17/8). Pasalnya, penurunan pemasukan berpotensi mengancam nilai saham perusahaan. 

“Meskipun pemulihan permintaan secara bertahap sejak dibuka kembali pada April 2021, tingkat penerimaan baru-baru ini berada di bawah ekspektasi,” jelas Cineworld dalam pernyataannya.

Selain itu, melansir Variety, “Tingkat penerimaan yang lebih rendah ini disebabkan oleh daftar film terbatas yang diperkirakan akan berlanjut hingga November 2022 dan diperkirakan akan berdampak negatif pada perdagangan dan posisi likuiditas grup dalam waktu dekat,” tambah Cineworld.

Berdasarkan rekaman finansial, perusahaan telah kehilangan $708,3 juta di luar pajak selama 2021. Itu pun terhitung lebih baik dibanding awal pandemi COVID-19 pada 2020, di mana $3 miliar dana hilang. Tak hanya penurunan perusahaan, Cineworld dan Regal Cinemas memiliki utang mencapai $4,84 miliar. 

Cineworld pun mengawali 2022 dengan nada positif, dengan kemungkinan berakhirnya pandemi. Bahkan, pada Maret lalu CEO Cineworld Mooky Greindinger memprediksikan pemulihan dunia layar lebar dengan akan tayangnya sejumlah film blockbuster. “Bisnis ini berada di posisi yang tepat untuk menjalankan strateginya dan memanfaatkan jadwal film yang sangat dinanti-nantikan,” ujar Greindinger.

Meski kini kenyataan tunjukkan penurunan pemasukan dan gulung tikar bisa jadi opsi di masa depan, bioskop-bioskop Cineworld masih buka. “Seluruh bioskop Cineworld dan Regal masih berjalan seperti biasa, dan kami terus menyambut pengunjung dan anggota bioskop dari seluruh dunia,” tulis Cineworld. 

Berdasarkan laporan Wall Street Journal, usul untuk memproses pengajuan kebangkrutan Cineworld dibantu oleh tim hukum Kirkland & Ellis LLP dan konsultan AlixPartners. 

Meski begitu, Cineworld yang merupakan jaringan bioskop terbesar kedua di dunia dan beroperasi di sepuluh negara termasuk Amerika Serikat dan Inggris, bersama Regal Cinemas mengaku terus berupaya untuk memulihkan finansial perusahaan dengan menyesuaikan kebutuhan pasar. 

“Ini (upaya pemulihan) termasuk inisiatif operasional dan keuangan yang diungkapkan sebelumnya secara signifikan untuk mengelola biaya dan meningkatkan likuiditas. Kami yakin langkah-langkah ini diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam memaksimalkan nilai perusahaan sebagai bagian dari pemulihan di industri perfilman,” lanjut pihak bioskop dengan 9.189 layar secara global ini.

Philippa Childs, kepala bidang industri kreatif dari Bectu (Broadcasting, Entertainment, Communications and Theatre Union), turut menyatakan bahwa hal ini tak hanya terjadi di Amerika Serikat. Bahkan, Cineworld dan Picturehouse di Inggris telah alami kendala yang serupa selama pandemi. 

“Industri perfilman Inggris mengalami pukulan yang luar biasa akibat COVID-19 dan berita terbaru ini akan sangat meresahkan para pekerja bioskop. Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk mendukung anggota kami selama masa yang penuh tantangan ini dan akan mencari Cineworld untuk mengurangi dampak dari pengaturan kebangkrutan pada karyawannya,” jelas Childs kepada Variety.