Nike dan Adidas menemukan jalan tengah atas perebutan teknologi sneakers
Perseteruan antara dua merek perlengkapan olahraga kelas dunia, Nike dan Adidas terkait teknologi Flyknit akhirnya menemukan titik terang dan dan dapat mencapai kesepakatan baru-baru ini.
Pasalnya, kedua perusahaan sepakat melakukan penyelesaian secara pribadi, setelah sebelumnya saling menggugat di Pengadilan Amerika Serikat untuk Oregon sejak Desember tahun lalu.
Sebulan kemudian, tepatnya Januari tahun ini, U.S. International Trade Commission (ITC) meluncurkan penyelidikan dan memeriksa Adidas berdasarkan keluhan Nike. Kemudian, sebagai tanggapan atas gugatan itu, Adidas mengajukan kasusnya sendiri terhadap Nike pada Juni di Texas Timur.
Melansir Eco Times, Nike menuduh saingan utamanya itu telah melanggar paten desain sepatunya. Secara khusus, pembuat sepatu Nike Air Force 1 ini menyebutkan teknologi Flyknit-nya telah disalin.
Sedangkan di sisi lain, Adidas menuduh Nike telah mengadopsi teknologi pemasangan sepatu, aplikasi latihan Training Club, Run Club, hingga aplikasi SNKRS untuk sepatu kets edisi terbatas.
Selaras dengan itu, Adidas mengatakan bahwa Nike melanggar paten dari teknologi yang dimilikinya.
Namun, tak lama setelah berseteru di pengadilan, kedua merek ini sepakat untuk meminta pembatalan kepada pengadilan Texas dan ITC untuk membatalkan kasus mereka masing-masing pada hari Kamis.
Oleh karena dilakukan atas dasar kesepakatan bersama, pengadilan pun mengabulkan permintaan ini. Perselisihan diantara Nike dan Adidas pun secara resmi telah selesai, meski tidak diketahui secara pasti seperti apa kesepakatannya. Kedunnya tidak merilis informasi apapun mengenai penyelesaian tersebut.
Bahkan, syarat dan ketentuan dari perjanjian tersebut masih belum diketahui hingga saat ini. Kedua belah pihak, serta pengacara mereka juga enggan memberikan penjelasan.