Stephen King menentang merger dua raksasa perusahaan penerbitan

Departemen Keadilan Amerika Serikat memanggil penulis Stephen King menjadi saksi terkait peleburan dua penerbit Penguin Random House dan Simon & Schuster yang dapat merugikan penulis, Selasa (2/8).

Pasalnya, penerbit Penguin Random House dan Paramount Global, perusahaan induk Simon & Schuster, tengah umumkan rencananya untuk melakukan penggabungan perusahaan sejak November 2020.

Hingga akhirnya tahun lalu, Departemen Keadilan AS menggugat kedua penerbit raksasa tersebut untuk menghentikan akuisisi penggabungan. Pasalnya, hal ini akan berdampak pada penulis hingga konsumen.

Di sisi lain, melansir BBC, rupanya gugatan tersebut diberikan atas komitmen administrasi Presiden AS Joe Biden untuk meningkatkan kompetisi antar perusahaan sebagai kebijakan utama ekonominya. Hal tersebut pun ditujukan agar menghindari monopoli pasar oleh satu perusahaan raksasa. 

"Langkah ini akan merugikan kompetisi dalam industri," ujar penulis “Carrie” (1974) ini dalam pengadilan di Washington DC. Penulis yang aktif berinteraksi lewat media sosialnya ini bersaksi dalam pengadilan untuk menghentikan akuisisi kedua perusahaan yang bernilai sekitar US$2.18 miliar tersebut.

Penulis berusia 75 tahun ini juga mengisahkan pengalamannya saat masuk industri penerbitan saat ratusan penerbit independen masih hidup. Namun perlahan jumlahnya merosot karena akuisisi atau bangkrut. Padahal, sedikitnya persaingan penerbit, maka sedikit kemajuan dalam karya tulis.

Hal tersebut pun amat berdampak bagi penulis yang belum miliki portfolio penjualan. “Semakin hari semakin sulit untuk penulis mendapat uang untuk hidup,” ujar Stephen King.

Namun, kedua perusahaan menepis dugaan bahwa langkah penggabungan akan merugikan konsumen atau penulis. Mereka mengklaim, setelah penggabungan, kompetisi antara keduanya tetap berlangsung. Sayangnya hal ini meragukan karena bagaimana kompetisi berlangsung bila kepemimpinannya terpusat?

Selain itu, Penguin Random House dan Simon & Schuster mengklaim, mereka akan tetap membela penulis dan konsumennya masing-masing bila ada apa pun yang terjadi. Terkait pembelaan tersebut, King angkat suara, "Ibarat pasangan suami istri yang melawan satu sama lain di rumah yang sama."

Kekhawatiran atas hal ini meningkat akibat kemungkinan penyusutan jumlah dan keberagaman buku yang tersedia di pasar. Tak hanya itu, konsumen akan membayar lebih rendah dan ini merugikan penulis.

“Buku telah membentuk kehidupan publik Amerika sepanjang sejarah bangsa. Penulis adalah urat nadi penerbitan buku di Amerika. Tapi hanya lima penerbit yang mengendalikan industri penerbitan AS,” ungkap Jaksa Agung Merrick B. Garland dalam pernyataan resmi Departemen Keadilan AS pada November 2021. 

“Jika penerbit buku terbesar di dunia diizinkan untuk mengakuisisi salah satu saingan terbesarnya, itu akan memiliki kendali yang belum pernah terjadi sebelumnya atas industri ini. Penulis dan konsumen Amerika akan terdampak dari penggabungan anti persaingan ini, uang muka lebih rendah untuk penulis dan pada akhirnya lebih sedikit buku dan variasi untuk konsumen,” tambah sang Jaksa Agung.

Lagi-lagi, kedua penerbitan raksasa dunia itu menepis gugatan dengan menyatakan bahwa strategi yang diambilnya merupakan langkah yang mendukung konsumen, penulis dan penjual buku. Mereka percaya penggabungan usaha ini akan menaikkan promosi, bukannya malah membawa kerugian.