Seniman asal Bali Suanjaya Kencut gelar pameran tunggal di AS
Seorang seniman asal Bali, Suanjaya Kencut, menggelar pameran tunggal bertajuk "Unlimited Frames" yang menjadi eksibisi solo terbesar pertamanya di Lorin Gallery Amerika Serikat (AS).
Beragam karya dua dan tiga dimensi ditampilkan dalam ruang pameran di Los Angeles. Pasalnya, pameran tunggal ini dapat disaksikan sejak 2 September hingga 1 Oktober 2022 mendatang.
Melansir Hypebeast (26/9), pengunjung dapat menyaksikan 14 lukisan seri “In Frame” yang terinspirasi dari harapan terjalinnya kembali hubungan antar manusia setelah pandemi yang mengisolasi.
Karya lainnya dengan tajuk “Positioning”, merupakan seri patung yang dirilis dalam jumlah terbatas. Ternyata, Suanjaya berkolaborasi dengan League OTO dalam membuat karya setinggi 31 cm ini.
Meski berbeda bentuk, seluruhnya memiliki kesamaan, yakni karakter boneka nan aneh khas Suanjaya, yakni bermata kancing. Melalui keragaman warna cerah, seniman lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu, mengisahkan ulang kejadian-kejadian hari ini dan pengalaman hidupnya.
Seperti kiasan “mata adalah jendela jiwa”, Suanjaya juga mengamininya. Akan tetapi, sang seniman memilih untuk menutup bagian mata bonekanya demi mengeliminasi terpancarnya emosi karakter.
“Dalam karya saya, saya memilih untuk menutup jendela tersebut dengan kancing biasa. Ketidakjelasan emosi makhluk (boneka) itu meninggalkan jejak kebohongan yang mereka pertahankan,” jelas Suanjaya.
Tidak hanya itu, Suanjaya pun menjelaskan lebih dalam tentang konsepnya. “Dalam ketidaktahuan yang tidak mengenakkan itulah saya menyajikan wadah optimisme bagi audiens untuk tinggal di dalamnya; tempat tanpa kebohongan memang tempat yang menyenangkan,” terang Suanjaya.
Dirinya pun turut menekankan bahwa lukisannya bertujuan untuk menekankan bahwa hidup harus berjalan dari pandangan positif seperti seorang 'anak yang tak mengenal dosa'.
Melalui situs resminya, Lorin Gallery mengungkap kecakapan artistik Suanjaya yang lekat dengan budaya Indonesia, “Sebagai anak Bali, dirinya mengerti betul bagaimana budaya tanah airnya, dengan harta karun kesenian yang dihasilkan dari sejarah, tradisi, dan kepercayaan.”