Rayakan 10 tahun, studio desain grafis Nusaé gelar pameran “Harmonisasi”
Studio desain grafis asal Bandung Nusaé mengumumkan pameran bertajuk “Harmonisasi” dalam rangka memperingati 10 tahun perjalanannya.
Nusaé merupakan studio desain grafis yang berfokus pada bidang informasi visual, meliputi desain grafis lingkungan, signage system, desain editorial, user interface, hingga branding.
Sebelumnya, selama satu dekade ke belakang, Nusaé telah bekerja sama dengan berbagai institusi, mulai dari badan pemerintah, biro arsitektur, hingga rumah mode.
Tak heran apabila rancangan studio ini telah tersebar di museum, stasiun kereta api, bank negara, kedai kopi, sampai kota yang baru dikembangkan.
Dalam membuat desain, salah satu nilai yang konsisten diterapkan ialah terkait keselarasan dan harmonisasi, tertuang dalam banyaknya proyek dan medium kekaryaan.
Maka, pameran ini mengusung tema yang diangkat dari nilai dalam berpraktik tersebut.
Lebih jauh, Nusaé ingin menampilkan pemikiran bahwa desain yang baik semestinya menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Itulah mengapa pameran ini akan terbuka untuk publik.
“Pameran ini bukan hanya ajang untuk menampilkan proyek-proyek di mana kami terlibat, namun dirancang sebagai kesempatan untuk memulai dialog tentang peran desain dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Principal Designer sekaligus Director Nusaé Andi Rahmat, dikutip dari siaran pers yang diterima TFR, Kamis (16/5).
Lewat “Harmonisasi”, Nusaé ingin menunjukkan bagaimana sebuah karya desain harus performatif, tetapi di waktu bersamaan tetap selaras dengan konteks lingkungan tempat karya desain tersebut berada.
Baca juga: Grafis Nusantara: Membangun mesin waktu budaya visual lewat stiker dan label lawas
Hadirkan berbagai karya dari Nusaé
Pameran ini nantinya akan menampilkan berbagai karya dari berbagai proyek yang melibatkan Nusaé.
Menariknya, tak hanya karya yang telah jadi saja yang akan dipamerkan, sebab pameran ini juga akan menunjukkan proses berpikirnya.
Beberapa di antaranya ialah citra kota Menuju Tubaba, pembaruan visual rumah mode Peggy Hartanto, hingga karya instalasi “Elevation” oleh biro arsitek Andra Matin.
“Harmonisasi” akan terbagi ke dalam lima bagian, menunjukkan berbagai keselarasan dalam desain, yakni Subtle, Adapt, Contrast, Fusion, dan Aptness.
Subtle: Menggambarkan strategi harmonisasi di mana desain harus berdampak tanpa berteriak. Area ini akan menampilkan sentuhan desain Nusaé pada instalasi “Elevation” yang ditampilkan di Venice Architecture Biennale 2018.
Adapt: Pendekatan desain yang mengadaptasi atau meminjam unsur kebudayaan atau hal tertentu, seperti digunakan pada proyek Kawasan Ayana Resort.
Contrast: Pendekatan desain yang secara intensional dibuat lebih mencolok. Salah satunya dapat ditemukan pada proyek signage di Taman Ismail Marzuki.
Fusion: Menghadirkan desain kolaboratif yang dihasilkan dari perkawinan berbagai perspektif, gagasan, dan peran. Hal ini terlihat dalam proyek citra kota Menuju Tubaba.
Aptness: Upaya Nusaé menilik lebih jauh tentang kemungkinan harmoni dalam desain.
Pameran ini juga dilengkapi dengan diskusi desain berama tokoh-tokoh industri dari Indonesia dan Jepang, tur pameran, serta lokakarya untuk anak-anak.
Adapun pameran “Harmonisasi” digelar pada 31 Mei sampai 16 Juni 2024 mendatang di Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.
“Kami harap dapat mengajak audiens untuk membuka pikiran dan bertukar gagasan tentang desain yang berdampak bagi sebuah masyarakat,” tutup Andi.