“It’s Pablo-matic”, pameran lukisan Picasso yang mengundang kritik dunia seni
Hannah Gadsby bekerjasama dengan Museum Brooklyn untuk mempersembahkan pameran lukisan “It’s Pablo-matic: Picasso According to Hannah Gadsby”.
Pameran ini dirancang untuk “memulai percakapan” dengan melihat warisan sang seniman yang rumit melalui sudut pandang Hannah Gadsby.
Hannah Gadsby sendiri ialah seorang komedian asal Australia yang dikenal melalui acara Netflix “Nanette”, dengan menyebut perilaku tak termaafkan dari beberapa tokoh sejarah seni, khususnya Picasso.
Sebelum pameran lukisan tersebut dibuka, “It’s Pablo-matic: Picasso According to Hannah Gadsby” bahkan sudah menuai banyak kritik yang kuat dari para kritikus seni.
Melansir Art News (6/6), Gadsby mencatat bahwa Picasso adalah seorang “diktator otoriter domestik yang misoginis dan kasar secara monumental”.
Baca juga: Museum MACAN gelar pameran “di sini, d.l.l.”, tampilkan karya Raden Saleh hingga Walter Spies
Dibanjiri kritik dari kritikus seni
Pameran “It’s Pablo-matic: Picasso According to Hannah Gadsby” dibuka sejak 2 Juni dan akan berlangsung selama tiga bulan hingga 24 September 2023.
Namun, pameran ini tampaknya telah memecah belah opini para kritikus. Beberapa di antaranya percaya bahwa upaya Gadsby justru kehilangan poinnya sendiri karena kurangnya karya representatif dari perempuan yang muncul bersama Picasso.
Sebagian besar masih fokus mengkritik karyanya sendiri, sedangkan sebagian kritikus lagi justru tampak marah dengan pameran tersebut.
Meski begitu, pihak Museum Brooklyn telah mengambil sikap tentang pameran “It’s Pablo-matic: Picasso According to Hannah Gadsby” yang sedang diselenggarakan ini.
“Bagi mereka yang mempertanyakan apakah suara Gadsby termasuk dalam pameran ini, saya hanya akan bertanya: Kepentingan siapa yang akan terancam di situ? Atau, siapa yang diuntungkan dengan mengecualikannya?”, ujar direktur museum Anne Pasternak sebagaimana dilansir dari Art Critique (6/6).
Menampilkan lebih dari seratus karya
Diorganisir oleh kurator Museum Brooklyn, Catherine Morris dan Lisa Small, “It’s Pablo-matic: Picasso According to Hannah Gadsby” dimaksudkan untuk menjelaskan sisi misoginis dan perilaku buruk Picasso.
Gadsby dan para kurator ingin menunjukkan sisi itu, menenun karya-karya yang lebih baru dengan pilar seni feminis, yang menurut Gadsby ialah cara untuk “menggali dan memperjuangkan suara serta perspektif yang hilang dari pemahaman kolektif kita tentang diri sendiri”.
Pameran ini menampilkan lebih dari 100 karya, termasuk karya Picasso dan seniman perempuan abad ke-20 dan ke-21.
Seperti karya milik Cecily Brown, Renee Cox, Käthe Kollwitz, Dindga McCannon, Ana Mendieta, Marilyn Minter, Joan Semmel, Kiki Smith, May Stevens, dan Mickalene Thomas.
Meski banyak menunjukkan karya dari seniman perempuan, sebagian besar karya dalam pameran ini justru merupakan karya Picasso itu sendiri.
Art News menuturkan pendapat di laman artikelnya, bahwa akan lebih menyenangkan jika pameran ini memiliki lebih banyak seniman yang “memikirkan” Picasso, atau seniman yang karyanya memiliki hubungan dengan dirinya.