Pendapatan LinkedIn naik 17% di tengah PHK massal

Ketika pada umumnya pendapatan perusahaan menurun di tengah PHK massal, hal ini tak berlaku pada LinkedIn. Pendapatan media sosial yang digunakan untuk tujuan profesional itu nyatanya naik.

Jika awal tahun biasanya LinkedIn dipenuhi oleh berbagai unggahan motivasi terkait tujuan profesional dan tips seputar dunia kerja, kini platform itu diramaikan oleh berbagai unggahan pencarian kerja.

Belakangan ini, banyak dari pengguna LinkedIn yang justru membuat unggahan berupa saran menghadapi ketidakpastian kondisi ekonomi yang tengah menjadi sorotan beberapa waktu ini.

Beberapa pengguna LinkedIn yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) bahkan membentuk grup untuk menyediakan dukungan hingga memperluas koneksi untuk memperoleh pekerjaan baru.

Salah satu grup LinkedIn berisikan pegawai terdampak PHK massal pada gelombang PHK yang terjadi di perusahaan induk Facebook, Meta, pada November misalnya, kini telah memiliki lebih dari 200 anggota.

Tak hanya pegawai, banyak pula CEO yang memanfaatkan platform tersebut untuk menjelaskan situasi perusahaannya, hingga mencari dukungan atau pun nasihat.

Di samping banyaknya PHK massal yang dilakukan oleh berbagai industri, khususnya teknologi dan media, kondisi ini justru dinilai menguntungkan bagi bisnis LinkedIn. 

Selain pendapatan, LinkedIn laporkan peningkatan pengguna

Melansir CNN Business (8/1), platform pencari kerja itu mengumumkan peningkatan pendapatan hingga 17% year-over-year dalam tiga bulan terakhir, sebagaimana dilaporkan oleh perusahaan induk Microsoft.

CEO Microsoft Satya Nadella mengatakan bahwa LinkedIn justru mengalami akselerasi pertumbuhan, khususnya di pasar internasional, yang tak bisa dimungkiri dipengaruhi oleh gelombang layoff.

Pasalnya, aplikasi mobile LinkedIn sendiri saat ini diperkirakan telah diunduh sebanyak 58,4 juta kali di seluruh dunia hingga 2022 kemarin, di Google Play dan App Store. 

Menurut firma riset Sensor Tower, jumlah tersebut meningkat sebanyak 10% dari tahun sebelumnya.

Bahkan hingga November 2022 lalu, unggahan LinkedIn yang menyebutkan “open to work” meningkat hingga 22% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Lebih jauh, LinkedIn turut melihat adanya peningkatan pengguna yang menambah koneksinya pada 2022 daripada tahun sebelumnya, yang mana ini berarti penggunanya lebih aktif pada platform tersebut.

“Terdapat peningkatan pengguna LinkedIn sejak pandemi. Ini disebabkan Anda harus menerapkan social distancing dan karantina, dan orang-orang harus bekerja secara remote, sehingga ada perubahan dalam memperluas relasi,” ujar Jennifer Grygiel, profesor sekaligus pakar sosial media di Syracuse University.