Simon Cowell digugat mantan peserta X Factor karena eksploitasi berlebih
Seorang mantan peserta “X Factor” mempelajari ilmu hukum agar dapat menggugat perusahaan Simon Cowell karena pengalamannya dalam acara tersebut.
Adalah Katie Waissel (36) yang pernah berpartisipasi dalam ajang The X Factor Inggris 2010 silam. Melansir Business Insider (15/1), Waissel mengatakan kepada London’s Sunday Times bahwa dirinya berencana untuk mengambil jalur hukum terhadap Syco Entertainment.
Rupanya, Waissel mengklaim perusahaan milik salah satu juri The X Factor tersebut gagal dalam kewajibannya untuk menyediakan perawatan terhadap kontestan acara.
Dalam keterangannya kepada salah satu media lokal Inggris, Waissel mengaku mengalami serangan asam (acid-attack) dan ancaman pembunuhan usai jadi sosok yang dibenci di acara itu saat mencapai perempat final.
Akibatnya, Waissel tidak dapat meninggalkan rumah yang ditinggalkannya selama acara berlangsung, sulit makan atau tidur, hingga harus menjalani terapi serta konseling karena post-traumatic stress disorder (PTSD).
Lewat kesempatan terpisah bersama Sunday Times, Waissel memutuskan untuk menempuh pendidikan di BPP University di London pada 2022 lalu untuk memperoleh gelar pascasarjana hukum.
Kualifikasi ini memungkinkan ia untuk bekerja sebagai paralegal atau pun mengambil latihan lebih lanjut untuk menjadi pengacara.
Baca juga: Lee Seung-gi resmi gugat direktur dan CEO Hook Entertainment
Kontestan X Factor mulai berani buka suara
“Ada banyak sekali dari kita yang terjebak dan ini tidak adil. Ada ketidakseimbangan kekuasaan di sana. Saya hanya ingin bisa memahami dan melindungi orang-orang dari manipulasi tersebut di masa depan,” ungkapnya kepada Sunday Times, dikutip Rabu (18/1).
Waissel, yang akhirnya menempati posisi ketujuh di ajang tersebut, juga mengatakan “The X Factor” membayarnya sekitar $1,54 (Rp23.000 kurs saat ini) pada 2010 untuk tampil di siaran langsung, meskipun secara hukum kontestan tidak dikategorikan sebagai pegawai.
Ia kemudian mengungkapkan rencananya untuk mengajukan kasus perdata atas cedera pribadi di bawah kelalaian Syco Entertainment yang dijalankan oleh Simon Cowell.
Menurut laporan, Waissel dan tim hukumnya telah mengirimkan tuntutan kepada perusahaan itu.
Di sisi lain, melansir NME (16/1), seorang sumber mengatakan, “Saat ini ada beberapa mantan kontestan yang menceritakan kisah mereka untuk program tersebut. Ada beberapa orang di luar sana yang percaya bahwa mereka dianiaya oleh X Factor. Mereka kini akan mendapatkan kesempatan untuk berbicara.”
Sejumlah mantan kontestan mengkritik acara tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Setelah acara itu dihentikan 2021 lalu, duo Jedward memposting di Twitter: “X Factor telah dihentikan. Misi terselesaikan.”
Kepada ITV News, John Grimes dari duo itu berkata: "Saya merasa banyak orang dieksploitasi di acara itu, orang-orang di belakang layar, kontestan yang berbeda telah tampil dan berbagi cerita mereka.”
Pernyataan pihak X Factor
Adapun The X Factor merupakan acara yang diproduksi oleh Simco, anak perusahaan Syco dan Fremantle TV. Terkait kasus ini, perwakilan dari Fremantle telah memberikan tanggapannya.
“Tugas untuk merawat kontestan kami merupakan hal paling penting bagi kami dan kami memperhatikan kesejahteraan semua orang yang terlibat dengan sangat serius,” jelasnya.
The X Factor sendiri merupakan ajang yang dimulai sejak 2004 dan telah melahirkan banyak bintang di dunia musik dari Inggris dan Amerika Serikat, seperti One Direction, Little Mix, dan Camila Cabello.
Namun, acara yang sempat berakhir di Inggris pada 2018 itu telah berada di bawah pengawasan ketat terkait caranya memperlakukan kontestan.