Teater musikal “Tunggulah Aku di Gunung Parang” angkat cerita rakyat asal Sukabumi
Ngajagi Kreasi Nusantara sukses mempersembahkan teater musikal “Tunggulah Aku di Gunung Parang” pada Kamis (15/5) lalu di Galeri Indonesia Kaya.
Pementasan yang ditulis dan disutradarai oleh Den Aslam ini mengangkat cerita rakyat asal Sukabumi dan menjadi seni asal Sukabumi yang ditampilkan di Galeri Indonesia Kaya.
Pasalnya, sebagai kota kecil, Sukabumi memiliki beragam talenta, khususnya di dunia seni pertunjukan. Hanya saja, geliatnya tidak sampai masuk ke lingkup nasional.
Berkolaborasi dengan Teaterindo dan Arsikarta Foundation, kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh Ngajagi Kreasi Nusantara untuk mendukung pertumbuhan industri kreatif, terutama di bidang seni pertunjukan di Sukabumi.
“Suatu pencapaian bisa pentas di Galeri Indonesia Kaya karena prosesnya begitu ketat. Alhamdulillah kami bisa melewati itu dan ini adalah momentum bagi tumbuhnya industri seni pertunjukan di Sukabumi agar dapat bersaing di lingkup nasional,” ujar Produser & Direktur Ngajagi Kreasi Nusantara Rio Kamase, dikutip dari siaran pers, Selasa (20/5).
Drama musikal ini diperankan oleh sejumlah aktor berbakat, seperti Ebho Ayey (Resi Saradea), Keyla Adigail (Nyi Pudak Arum), Ica Deriza (Nyi Puntang Mayang), Ramli Nurhappi (Ki Jaro Loa Kutud), dan Nadia Putri (Nini Tumpay Ranggeuy Ringsang).
Sederet aktor terlibat lainnya termasuk Adit Gurnawijaya (Resi Saradea), Keysha Zalfa (Nyai Kartini) serta Bella Ginting dan Arina Senja (Louis ‘Arum’ de Wilde).
Baca juga: Visinema Studios & Indonesia Kaya kembali persembahkan musikal “Keluarga Cemara”
Mempopulerkan kembali cerita rakyat
Adapun Gunung Parang merupakan legenda yang tak asing lagi di telinga masyarakat Sukabumi. Dalam ingatan kolektif mereka, gunung tersebut merupakan cikal bakal terbukanya lahan yang kini menjadi wilayah Kota Sukabumi.
Legenda itu pun dikenal mengisahkan hubungan romansa tragis antara Nyi Pudak Arum & Wangsa Suta.
Berlatar di abad ke-16 pasca runtuhnya Kerajaan Pajajaran, drama musikal ini mengangkat kisah Wangsa Suta yang pulang dari berguru pada Resi Saradea dan mesti dihadapkan pada kenyataan bahwa kekasihnya, Nyi Pudak Arum, dijatuhi hukuman usai dituduh menganut ilmu hitam oleh Demang Kartala dan para warga.
Awalnya Nyi Pudak Arum berhasil diselamatkan, namun ia kembali ditangkap dan diasingkan di sebuah tempat yang dipercaya saat ini merupakan Pulau Putri di Kepulauan Seribu.
Wangsa Suta yang berjanji menemui Nyi Pudak Arum di Gunung Parang pun gagal menemui kekasihnya dan memutuskan untuk mendirikan pemukiman atas saran Resi Saradea, yang kini merupakan wilayah Kota Sukabumi.
Melalui kisah ini, Ngajagi Kreasi Nusantara menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan literasi budaya melalui medium pertunjukan. Harapannya, generasi muda dapat memahami sejarah dengan cara yang mudah dipahami.
“Saya berkomitmen untuk mengalihwahanakan cerita rakyat dan biografi para tokoh-tokoh penting dalam sejarah Indonesia ke dalam bentuk pertunjukan musikal agar selanjutnya dapat mengenali identitas bangsanya sekaligus belajar dari kisah-kisah tersebut,” tutup Penulis & Sutradara Ngajagi Kreasi Nusantara Den Aslam.