Wawancara Eksklusif CEO Cinépolis Cinemas Indonesia: Pelopor bioskop VIP di dunia
Jaringan bioskop kedua terbesar di dunia, Cinépolis, baru membuka cabang terbarunya di Senayan Park, Jakarta. Berlokasi di jantung ibu kota, cabang Cinépolis Cinemas tersebut dibuka bersamaan dengan gala premiere “Sewu Dino” pada Rabu (12/4) kemarin.
Tak hanya menjadi rumah terbaru Cinépolis, cabang ini menyuguhkan berbagai kebaruan dengan teknologi tercanggih dan pengalaman terbaik bagi moviegoers untuk menikmati karya sinema. Pasalnya, untuk pertama kalinya, Cinépolis menghadirkan ruang tonton dua tingkat (double deck) dengan format layar raksasa Macro XE bersama teknologi Dolby Atmos yang meningkatkan keseruan menonton film.
Akan tetapi, pembukaan lokasi terbaru Cinépolis asal Meksiko tersebut cukup menarik untuk diamati. Betapa tidak, di tengah perubahan tak henti dunia sinema sejak pandemi COVID-19 melanda, keputusan membuka cabang terbesar menjadi langkah yang cukup berani.
Hal itu turut disampaikan oleh Manoj Punjabi selaku CEO MD Entertainment yang menaungi proyek “Sewu Dino”. Dalam kesempatan jumpa pers (12/4) Manoj mengatakan, “Di luar (negeri) banyak yang tutup bioskop, di Indonesia malah buka cinema.”
Namun, menurut Manoj fenomena tersebut justru menunjukkan perkembangan pesat industri sinema nusantara yang memang pada kenyataannya masih kekurangan jumlah layar pemutaran, lantaran baru memiliki sekitar 2.200 layar. Alhasil, keberanian Cinépolis untuk ekspansi memang melengkapi kebutuhan industri sinema.
Di lain sisi, nama Cinépolis sendiri baru hadir di Tanah Air pada 2019, sebagai hasil rebranding dari jaringan bioskop Cinemaxx. Untuk menelusuri lebih lanjut, TFR mendapat kesempatan eksklusif untuk mewawancarai Pablo Billard selaku CEO Cinépolis Cinemas Indonesia.
Simak selengkapnya wawancara yang mengangkat tentang perjalanan Cinépolis di Indonesia, hingga pandangannya terhadap perubahan drastis permainan sinema pasca peningkatan bisnis streaming platform dalam tulisan di bawah ini!
Baca juga: Jaringan bioskop Amerika mulai terapkan tarif lebih tinggi untuk kursi strategis
Yang membedakan Cinépolis Cinemas dengan rantai bioskop lainnya di Tanah Air:
Pablo Billard mengujar dengan tegas, “Kecakapan layanan kami.” Pasalnya, menurut Billard, Cinépolis menempatkan layanan bagi pengunjung bioskopnya sebagai prioritas utama. “Kamu akan terkagum-kagum jika mengetahui proses di balik tiap bioskop kami. Kami sangat peduli terhadap layanan terbaik,” imbuhnya.
Selain itu, CEO Cinépolis Cinemas Indonesia juga menjelaskan bahwa jaringan bioskopnya berupaya mewadahi berbagai kebutuhan moviegoers. Salah satunya dengan, “menawarkan pengalaman VIP (Very Important Person) untuk mereka yang mau membayar lebih. Namun, bisnis kami bukan hanya menargetkan VIP. Seperti di Senayan Park, kami punya 800 kursi dan 200 di antaranya adalah VIP dalam dua layar.”
Lebih lanjut, Billard menekankan bahwa Cinépolis telah berdiri selama lebih dari 50 tahun dengan 7.000 layar yang ada di seluruh dunia. Rantai bioskop tersebut juga menjadi “pelopor bioskop VIP di dunia,” dan “kami berfokus pada teknologi termutakhir, kesempurnaan fasilitas, dan tentunya layanan terbaik.”
Dampak pandemi bagi bisnis Cinépolis:
Seperti yang banyak diketahui, pandemi membawa banyak tantangan bagi segala sektor bisnis, tak terkecuali industri bioskop. “Pandemi tentunya memberi dampak bagi jaringan bioskop secara umum, selama dua tahun (2020 dan 2021). Kami (Cinépolis) sempat berhenti beroperasi, kehilangan banyak uang, dan kami harus terus bisa beradaptasi dan bernegosiasi. Namun, kami bertahan karena strategi bisnis kami yang sehat dan kemampuan adaptasi tim kami yang tinggi,” jelas Billard.
Bahkan, selama 2022 Cinépolis berhasil bangkit dengan menjaring lebih dari 10 juta penonton di tanah air dan penjualan tiket di seluruh dunia mencapai 300.000 kursi. Billard menyatakan, “Walau orang-orang sekarang memiliki pilihan nonton film di streaming platform, tapi pengalaman fisik datang ke bioskop tetap dibutuhkan karena sensasi nonton film di bioskop tidak dapat tergantikan. Maka, Cinépolis menghadirkan pengalaman terbaik yang akan membuat Anda ingin keluar rumah.”
Namun, segala tantangan yang diarungi Cinépolis Cinemas Indonesia berhasil teratasi sejak adanya titik cerah di April tahun lalu, “Kami harus menunggu, terus menunggu selama berbulan-bulan. Tapi sejak April tahun lalu, semua mulai bergerak menjadi lebih baik, terutama ketika Lebaran di bulan Mei, yang menjadi bulan terbaik dalam sejarah Indonesia.”
Tantangan bagi Cinépolis yang masih tergolong ‘baru’ di Indonesia ketika mengarungi pandemi:
“Ya, rebranding memberi tantangan lain,” ujar Billard. “Kami sadar bahwa brand kami belum awam di Indonesia, jadi yang kami lakukan adalah membangun berbagai kampanye dan rekanan dengan Lippo Group,” imbuhnya.
Kesadaran akan umur nama yang masih muda di Indonesia juga membuat Cinépolis memilih menambahkan ‘Cinemas’ sebagai nama belakangnya, khusus di Indonesia. Billard mengatakan, “Cinépolis Cinemas digunakan agar kami bisa berkenalan secara perlahan, namun kami menargetkan untuk berevolusi menjadi Cinépolis dalam beberapa tahun ke depan.”
“Pembukaan di Senayan Park juga kami manfaatkan untuk menggencarkan nama Cinepolis, maka ke depannya akan banyak kebaruan pemasaran dari jenama kami agar bisa lebih dikenal,” tambahnya.
Pendapat tentang ledakan streaming platforms sejak pandemi:
“Mereka berkembang begitu pesat, apa yang tadinya berkembang perlahan, tiba-tiba meledak di pandemi. Bahkan, streaming platforms seperti Paramount dan Universal yang tadinya belum mau launching tiba-tiba merilis layanannya,” tutur Billard.
Namun, Billard berpandangan bahwa dalam beberapa waktu ke belakang, “kami (streaming platform dan bioskop) telah mencapai pola yang tepat yang bisa menguntungkan satu sama lain.”
Hal itu terjadi lantaran film-film keluaran studio yang memiliki streaming platform masih membutuhkan bioskop sebagai poros pemasarannya. “Perlahan mereka (streaming platform) sadar bahwa lebih menguntungkan jika tetap rilis perdana di bioskop, karena bioskop bekerja sebagai bentuk pemasaran,” jelasnya.
Salah satunya dilakukan oleh Amazon terhadap film “Air” yang diproduksinya, “mereka bekerja sama dengan Warner untuk mendistribusikannya ke bioskop karena mereka percaya itu akan mendukung usaha mereka.”
Menutup percakapan bersama TFR, Billard menyatakan, “Walau orang-orang sekarang lebih memilih streaming platform, tapi pengalaman fisik datang ke bioskop tetap dibutuhkan. Maka, Cinépolis menghadirkan pengalaman terbaik yang akan membuat Anda ingin keluar rumah.