Cosplay dan fandom-nya
Read in English
Baca bagian 1 - Costume play: Gairah dan mata pencaharian
Apakah kalian pernah berpikir ingin menjadi salah satu karakter fiksi yang sangat kalian sukai? Berpakaian seperti mereka, berbicara seperti mereka, berjalan seperti mereka--semua detail kecil mengenai karakter yang kalian sukai, menjadi bagian dari diri kalian. Bermain kostum atau cosplay membuat hal tersebut menjadi mungkin bagi siapa pun.
Sato (@sato3rd), yang sempat aktif cosplay, menjelaskan bahwa yang membuatnya tertarik pada cosplay adalah "menghidupkan imajinasi menjadi karakter favoritku." Dengan cosplay, Sato menemukan cara untuk merasakan menjadi karakter tersebut, meski hanya sementara. Gloria, seorang cosplayer kasual, mendapati bahwa cosplay terlihat menyenangkan baginya. “Saya menyukai karakter (fiksi) dan saya punya banyak teman di komunitas tersebut.”
Di sisi lain para cosplayer ini, ada penggemar yang menikmati pertunjukan cosplay. “Yang membuat saya tertarik pada cosplay pertama kali adalah seni dari cosplay itu,” tutur Yami. Dia tidak pernah cosplay, tetapi dia menikmati penampilan yang dibawakan oleh para cosplayer: mulai dari keahlian di balik kostum hingga akting unik setiap karakter.
Yami menambahkan bahwa melihat orang-orang yang mengerti, menginterpretasikan, menampilkan, dan membawa waifu dan husbando mereka menjadi nyata adalah hal yang menyenangkan bagi penggemar. Istilah ‘waifu’ dan ‘husbando’ adalah pengucapan bahasa Jepang dari kata-kata ‘wife’ dan ‘husband,’ yang merujuk pada karakter yang sangat dicintai oleh penggemar sehingga ingin mereka nikahi. “Rasanya seperti melihat malaikat turun ke bumi, meskipun mereka mungkin tidak terlihat seperti malaikat.”
Kuncinya ada pada pemahaman dan perasaan kagum akan karakter yang ditiru. Hal ini menciptakan rasa keterkaitan antara cosplayer dan penggemar cosplay yang non-cosplayer. Sekali lagi, cosplay bukan hanya sekadar berdandan dan tampil keren; cosplay juga mengenai analisis dan re-interpretasi karakter. Cosplayer yang berbeda akan membawakan sebuah karakter dengan cara yang berbeda, dan dalam dunia cosplay sekarang ini, penggemar memiliki pilihan interpretasi karakter yang beragam oleh berbagai cosplayer yang berbeda.
Sesantai apa pun beberapa penggemar saat cosplay, tetap ada upaya yang mereka lakukan. Gloria mengklaim melakukan jenis cosplay yang lebih sederhana. Ia, yang merupakan mahasiswi desain fesyen, lebih fokus pada pembuatan kostum berbahan kain sendiri. Dia biasanya membuat kostum sederhana yang masih bisa dia pakai setiap hari.
Sato, yang memerankan bukan hanya karakter manga dan anime, tetapi juga musisi Visual Kei, mengambarkan proses serupa. Dia kebanyakan merancang kostum yang ada di benaknya hingga detail terkecil, menuangkannya ke dalam sketsa dan mengumpulkan semua bahan yang dibutuhkan, lalu menyerahkannya ke pembuat kostum.
Ketika itu, walau hanya untuk senang-senang, Sato menghabiskan Rp300.000-Rp1.000.000 setiap kali dia berencana untuk cosplay. Ini adalah kisaran anggaran yang tidak dapat dianggap kecil pada tahun 2005-2010-an, terutama untuk cosplay kasual. Namun, baginya, cosplay serupa dengan aktivitas rekreasi di mana dia bisa melepaskan diri dan bersantai.
“Sungguh menyenangkan rasanya bisa sedikit melupakan semua tanggung jawab saat saya memakai kostum,” tuturnya, “saya juga senang bisa bertemu teman baru yang memiliki minat yang sama.”
Meski hanya hobi, cosplay dapat memengaruhi kehidupan penggemar dengan berbagai cara. Jika kalian condong ke konten terkait budaya pop Jepang dan menggunakan TikTok, kalian mungkin pernah melihat Ichi (@yagaichi__). Walaupun tidak menjadikan cosplay sebagai profesi, Ichi jatuh cinta pada cosplay dan akhirnya menemukan passion-nya saat melakukannya.
“Awalnya, saya menyadari bahwa ketertarikan saya kepada kerajinan, penataan wig, pembuatan kostum, dan lain-lain tidak sekuat ketertarikan saya kepada menggambar,” jelasnya. “Kemudian saya mencoba make-up karena make-up adalah hal terdekat dengan menggambar dan…saya memulai karir saya dari sana.” Dalam pengalamannya, apa yang ia dapatkan dari cosplay tidak benar-benar bisa dihitung dengan pengeluaran. Sekarang, Ichi masih aktif bekerja sebagai penata rias sembari menyalurkan kecintaannya kepada akting melalui cosplay.
Namun, dunia cosplay tidak selalu sebebas sekarang. Sekitar tahun 2007, beberapa kompetisi cosplay besar mulai melarang interpretasi yaoi atau hubungan pria-dan-pria. Beberapa bahkan melarang crossplay atau crossdressing cosplay, di mana cosplayer memerankan karakter lawan jenis mereka.
Meski begitu, situasi ini tidak bertahan lama. Cosplayer yang lebih muda dan lebih aktif serta pada penggemar seperti Gloria, Yami, dan Ichi tampaknya tidak menyadari ataupun pernah mendengar tentang larangan tersebut. Menurut mereka, kebanyakan kompetisi dan lingkungan sekarang ini cukup terbuka dan inklusif.
Seperti yang disebutkan di artikel pertama serial ini, cosplayer mendapat penghasilan bukan hanya dari memenangkan kompetisi, tetapi juga dengan menjadi bintang tamu dalam berbagai acara, menjadi duta merek, membuat kostum, bahkan menjual pernak-pernik. Dalam menunjukkan dukungan mereka, penggemar tidak hanya akan mendaftar ke kanal online cosplayer, tapi juga memastikan selalu hadir di mana pun para cosplayer favorit mereka tampil dan membeli merchandise mereka.
Balsa, penggemar cosplayer asal Jepang REIKA, bahkan sampai membeli buku foto dan menghadiri acara ketika REIKA datang ke Indonesia. Balsa mengagumi bagaimana REIKA bisa tampil maksimal ketika cosplay. “Kemampuan riasan dan pembuatan kostumnya adalah yang terbaik,” ucap Balsa.
Meskipun REIKA sangat ahli dalam bidangnya, Balsa mengatakan bahwa yang menurutnya menarik dari REIKA adalah fakta bahwa dia unik. “Tidak peduli siapa yang dia perankan, kita akan tahu pasti bahwa itu dia.”
Sejak pandemi, banyak acara, baik lokal maupun internasional, yang berhubungan dengan cosplay dibatalkan. Namun, berkat teknologi yang terus berkembang, kita masih bisa melihat dan mendukung cosplayer favorit kita secara digital.
Saat ini, banyak cosplayer merilis foto dalam jumlah terbatas di platform berbasis keanggotaan, seperti Patreon dan Trakteer. Banyak penggemar juga cenderung memilih metode ini dalam menunjukkan dukungan mereka dibandingkan membeli merchandise fisik.
Kondisi teknologi sekarang juga mempermudah kompetisi untuk diadakan secara online. Banyak acara internasional yang dibatalkan, namun acara lokal sekarang beralih ke kompetisi online. Yukitora Keiji, seorang cosplayer profesional, mengatakan bahwa perkembangan ini memungkinkan tidak hanya acara yang berhubungan dengan cosplay untuk terus berjalan, tapi juga bagi cosplayer untuk menjelajahi berbagai aspek cosplay secara digital.