Investigasi ungkap buruh pabrik SHEIN kerja 18 jam sehari dengan bayaran koin

Sebuah investigasi rahasia saluran televisi Inggris Channel 4 yang dirilis pada Senin (17/10), mengungkap kenyataan pahit di balik jenama ritel fesyen asal China, SHEIN yang diduga mengeksploitasi pekerjanya.

Pasalnya, melansir Fashion United (17/10), dokumenter bertajuk "Untold: Inside the Shein Machine" itu mengungkap kondisi yang dihadapi buruh pabrik garmen di China, di mana mereka bekerja selama 18 jam per hari dengan bayaran kecil. Mulai kerja pukul delapan pagi tapi selesainya pukul dua dini hari.

Bahkan, bayaran terkecil mereka adalah ¥0,27 (sekitar Rp580) per garmen yang diproduksi. Sedangkan, pekerja lainnya dibayar £500 (sekitar Rp8,8 juta) per bulan untuk 500 garmen yang diproduksi per hari.

Kenyataan itu tampak masuk akal, pasalnya melansir sumber sama, SHEIN terkenal atas ratusan gaya baju terbaru yang dirilis tiap hari. Bahkan, kadang satu pakaiannya dijual seharga £1 (sekitar Rp17.000).

Siaran dokumenter berdurasi 47 menit dari Channel 4 itu juga memperlihatkan kenyataan dalam pabrik produksi melalui kamera tersembunyi yang dibawa reporter Imran Amrain. Mereka juga bercakap dengan para buruh, yang salah satunya mengungkapkan, “Tidak ada yang namanya hari Minggu di sini.”

Kepada koran City A.M (17/10), juru bicara SHEIN memberikan tanggapannya, “Kami sangat prihatin dengan klaim oleh Channel 4, yang akan melanggar kode etik yang disepakati tiap pemasok SHEIN.”

Mereka juga menyatakan akan menangani, bahkan menghentikan kemitraan yang tak memenuhi standar. “Kami telah meminta informasi spesifik dari Channel 4 agar kami dapat menyelidikinya,” lanjutnya. 

Tidak hanya itu, jubir SHEIN itu juga mengklaim bahwa perusahaannya memiliki standar SHEIN's Responsible Sourcing (SRS) yang mengacu pada konvensi International Labor Organization dan hukum lokal di mana pabrik berdiri, dalam membangun regulasi kondisi pabrik produksi pemasoknya.

Selain itu, melansir Drapers (17/10), dokumenter "Untold: Inside the Shein Machine" turut mengklaim bahwa perusahaan fast fashion SHEIN terbiasa mencuri desain perancang busana lainnya. 

Jubir SHEIN pun merespons masalah pencurian desain ini dengan mengatakan, “Ketika keluhan yang sah diajukan oleh pemilik hak cipta (intellectual property/ IP), SHEIN segera mengatasi hal tersebut.”