Jay Y. Lee resmi jadi bos besar Samsung usai tersandung kasus penipuan dan suap
Samsung Electronics belum lama ini ternyata telah menunjuk Jay Y. Lee sebagai executive chairman. Lee resmi menggantikan ayahnya, Lee Kun-hee yang tutup usia pada 2020 silam.
Pengangkatan Lee secara resmi dilakukan pada Rabu (26/10) kemarin dan menandakan keberlanjutan tahta turunan ketiga keluarga pemilik perusahaan paling prestisius Korea Selatan (Korsel) tersebut.
Melansir CNN BUSINESS (26/10), Jay Y. Lee sebenarnya telah menjadi pemimpin de facto dari Samsung sejak 2014 silam sejak ayahnya, Lee Kun-hee, dirawat di rumah sakit.
Namun, penunjukan Jay Y. Lee atas persetujuan para dewan itu cukup mengundang sorotan media. Pasalnya, salah satu miliarder Korsel itu telah dipenjara sebanyak dua kali atas penipuan dan suap.
Berdasarkan laporan CNN (12/8), keturunan ketiga pemilik perusahaan Samsung itu pertama kali ditahan pada Agustus 2017. Setelah menebus uang jaminan, dirinya dibebaskan pada 2018.
Hingga pada Agustus 2019, Pengadilan Tinggi Korsel mengajukan pemeriksaan ulang Jay Y. Lee. Lalu pada Mei 2020, Lee meminta maaf kepada publik dan mengatakan, hak pimpinannya di Samsung akan diserahkan kepada anaknya. Jaksa pun menuntutnya sembilan tahun penjara pada Desember 2020.
Selanjutnya pada Januari 2021, Lee divonis penjara selama dua setengah tahun. Selain itu, Lee juga mendapat larangan untuk memegang jabatan formal di Samsung selama lima tahun.
Akan tetapi, melansir Quartz (27/10) ternyata pada Agustus 2021 silam, Lee dibebaskan secara bersyarat oleh pengadilan, di hari kemerdekaan Korea Selatan.
Hingga akhirnya, atas mandat presiden Korsel Yoon Suk-yeol, pada Agustus 2022, Lee dibebaskan secara sepenuhnya dari segala tudingan dan vonis pengadilan.
Pihak berwajib Korsel mengungkap bahwa putusan itu diambil untuk menangani krisis ekonomi yang dikatakan membutuhkan perhatian para pimpinan bisnis negaranya.
Pembebasan itu lantas menandai akhir dari larangan Lee untuk memegang posisi formal di Samsung.
Menurut pernyataan resmi Samsung, penunjukan Lee diambil atas pertimbangan, “Dinamika lingkungan bisnis global yang tak pasti dan kebutuhan mendesak atas kekuatan akuntabilitas dan stabilitas bisnis.”
Samsung dilaporkan mengalami penurunan laba operasi sebanyak 31%, menjadi ₩10,9 triliun (sekitar Rp20,7 triliun) pada kuartal ketiga 2022 kemarin. Hal tersebut terungkap pada Kamis (20/10) lalu.
Tidak hanya itu, dalam presentasi pemasukan perusahaan pun, Samsung menemukan bahwa penurunan permintaan pasar atas ponsel dan TV-nya telah merugikan laba operasi perusahaan.
Sementara itu, perusahaan mengharapkan pemulihan keuangan perusahaan pada 2023 mendatang, di tengah tekanan ekonomi global yang terus memengaruhi kinerja perusahaannya.
“Selama periode ini, kami harus menghadapi banyak tantangan, dan terkadang kami berjuang untuk membuat terobosan. Tanpa diragukan lagi, kami berada pada momen penting,” ujar Lee di tengah rapat perusahaan pada Selasa (25/10), dikutip dari CNN BUSINESS (26/10).
Lee pun mengatakan, “Sekarang adalah waktunya untuk merencanakan langkah kita selanjutnya.”
Pernyataan itu menandakan awal baru dari ambisi jangka panjang Samsung yang pertama diumumkan pada 24 Mei tahun ini. Setidaknya, Samsung akan menginvestasikan ₩360 triliun (sekitar Rp3,9 kuadriliun) untuk bisnisnya dan membuka 80.000 lapangan kerja baru dalam lima tahun ke depan.
Di luar dinamika bisnis dan rencana ambisius Samsung Electronics, perusahaan itu masih meraup keuntungan sebanyak ₩76,8 triliun (sekitar Rp840 triliun) pada kuartal ketiga 2022 dan diperkirakan akan mencapai jumlah keuntungan tahunan yang melampaui keuntungan pada 2021 kemarin.