Tak hanya menguntungkan, kolaborasi kembangkan dan perpanjang usia bisnis
Kolaborasi telah menjadi salah satu kiat jitu yang dilakukan pebisnis untuk meningkatkan performa mereknya. Sebagai strategi potensial, kolaborasi tak hanya berpotensi meningkatkan penjualan, tetapi juga rekognisi dan bisa berguna untuk menyebarluaskan value (nilai) dari sebuah merek.
“Sinergi, kolaborasi bersama yang menguntungkan kedua pihak,” tutur Co-founder & CEO Tinkerlust Samira Shihab membuka diskusi "The Power of Collaboration" ICON2022 pada Kamis (6/10).
Pasalnya, value menjadi penilaian penting bagi konsumen muda hari ini, terutama Gen Z. Hal ini pun ditekankan oleh CCO Kantar Indonesia Nadya Ardianti dalam diskusi yang berbeda.
Menurut Nadya, terdapat kecenderungan konsumen pasca pandemi untuk memilih produk dengan nilai kuat, yang memberi dampak baik baginya, bahkan tidak berasal dari rantai bisnis raksasa.
Hal itu pun disorot Marketing Director SEA LEGO Group Rohan Mathur. Dalam diskusi yang dimoderatori Samira itu, dirinya berpendapat kolaborasi antara bisnis pendatang baru dengan perusahaan raksasa seperti LEGO bisa menguntungkan bisnis besar dalam memperkuat nilai dan otentisitas.
Pada kesempatan yang sama, dengan bangga President Director Atmos Indonesia Marcel Lukman juga mengisahkan, “Atmos menjadi perusahaan pertama di Asia yang bekerjasama dengan Nike.”
Betapa tidak, kolaborasi itu sukses berbuah manis. Pasalnya, kolaborasi itu berhasil meningkatkan rekognisi ritel fesyen Atmos di seluruh dunia. Bahkan, produk kolaborasinya yang dijual sekitar $100 (Rp1,5 juta) pada 2006 dan hari ini masih dicari-cari konsumen yang berani membayar ribuan dollar.
Di sisi lain, Founder & CEO KOKUMI Jacqueline Karina ungkap, bagi bisnisnya, kolaborasi bermanfaat untuk menyebarkan awareness bahwa rantai teh bobanya telah berevolusi menjadi perusahaan IP.
Hal tersebut dilakukan dengan berkolaborasi lintas sektor bisnis, mulai dari KOKUMI dengan 88rising hingga bersama Niki Jeans. Tujuannya adalah untuk memperluas komunitas, bukan hanya konsumen, tetapi juga rekanannya, bahkan merek-merek lain yang disayangi konsumen KOKUMI.
Tidak hanya itu, kolaborasi juga berpotensi untuk memperpanjang umur sebuah bisnis. Kita dapat melihatnya dalam kesuksesan Nike Air Jordan (pertama rilis 1985) yang berjaya hingga hari ini.
Marcel menjelaskan, “Bahkan anak-anak hari ini, langsung bilang bahwa mereka ingin beli Jordan. Ketika ditanya siapa itu Jordan, mereka menjawab 'desainer sepatu’.”
Kolaborasi antara Nike dan pemain basket legendaris Michael Jordan berhasil berevolusi menjadi produk unik yang tak lagi diasosiasikan dengan pemain basket, tetapi menjadi identitasnya sendiri.
Lantas, apa yang perlu diingat ketika sebuah merek melakukan kolaborasi? Marcel menjelaskan pentingnya mengingat ‘jiwa’ dari bisnis. “Jujur dengan bisnis itu sendiri, bagaimana jiwanya. Kolaborasi seharusnya cocok dengan jiwa sebuah merek, bersinergi dan menari (antar merek/individu) bersama.”