Produser “Scrubs” Eric Weinberg ditahan karena pelecehan seksual

Sutradara serial hit “Scrubs” Eric Weinberg ditahan dan menjadi tersangka beberapa tuduhan pelecehan seksual. Hal ini diumumkan Jaksa Los Angeles County District, George Gascón, pada Rabu (5/10).

Melansir CNN (6/10), Weinberg menghadapi 18 dakwaan atas pelecehan seksual, pemerkosaan, hingga pemenjaraan palsu dengan kekerasan yang melibatkan lima perempuan selama 2014-2019.

“Terdakwa memanfaatkan posisinya yang berpengaruh untuk memikat perempuan muda, memotretnya, dan diduga melakukan pelecehan seksual terhadap mereka,” jelas Gascón pada jumpa pers (5/10).

Sang jaksa pun menyatakan, tindakan tercela itu perlu diadili, tanpa pandang bulu. Sekalipun, Weinberg ialah sutradara kawakan Hollywood yang mengarahkan serial "Californication" dan "Veronica's Closet".

Menurut jaksa pengadilan, Weinberg mengelabui dua perempuan secara terpisah pada 2014 dengan melakukan pemotretan palsu dan mengaku sebagai fotografer. Setelah korban berada di rumahnya, upaya pelecehan seksual digencarkan Weinberg. 

Pria yang kini berusia 61 tahun itu ditangkap pada 2014 atas dugaan pemerkosaan. Namun, dibebaskan karena Weinberg mengaku bahwa itu adalah hubungan konsensual yang disepakati kedua pihak.

Penipuan dan pelecehan seksual lainnya terus terjadi kepada perempuan-perempuan yang berbeda pada 2017 hingga 2019.

Sutradara kemudian kembali menjadi tersangka pada Juli tahun ini, setelah belasan korban melaporkan kejahatan Weinberg ke pihak berwenang. Namun, ia dibebaskan setelah membayar jaminan sebesar $3,2 juta (Rp48,6 miliar).

“Kasus ini menunjukkan seorang pria yang percaya bahwa ia dapat melakukan kejahatan dan tak tertangkap. Ia pun melakukannya selama bertahun-tahun. Sesuai dugaan kami, ia menggunakan kekayaannya (untuk) keluar dari masalah,” tambah Gascón.

Pasalnya, Weinberg yang ditangkap pada Selasa (4/10) lalu telah memberi jaminan $5 (Rp76,1 miliar) juta ke pengadilan. Weinberg berharap dapat keluar dari kasus ini dengan jaminan itu tapi ajuannya ditolak.

“Kekuasaan dan pengaruh dapat merusak beberapa orang untuk menyakiti orang lain yang sering menyebabkan trauma seumur hidup bagi mereka yang menjadi korban," pungkas Gascón.