Pemilik Sotheby’s terkena skandal penggelapan pajak senilai $775 juta usai data bocor
Pemilik dari balai lelang global dan terkenal Sotheby's, Patrick Drahi, baru-baru ini terkena skandal penggelapan pajak koleksi karya seninya setelah seorang hacker meretas data perusahaan miliknya.
Skandal ini berawal ketika sebuah media Prancis, Reflets (26/9), menguak kisah dari kelompok hacker bernama HIVE yang berhasil meretas setidaknya 140GB dokumen Altice, perusahaan milik Drahi.
HIVE pun dikabarkan meminta tebusan sebesar €5 juta (sekitar Rp80 miliar), atas dokumen-dokumen itu.
Data-data itu juga menunjukkan rincian koleksi dari Drahi, yang ternyata jauh lebih besar daripada yang diketahui kebanyakan orang. Dokumen pengaturan pajak strategi penasihat finansialnya juga ikut bocor.
Dari sana, terkuak bahwa Drahi telah menghindari pembayaran pajak sebesar $775 juta atau sekitar Rp12 triliun dari koleksinya yang tak main-main.
Setidaknya 200 karya dari nama besar seperti Pablo Picasso, Francis Bacon, hingga Wassily Kandinsky yang masing-masingnya bernilai hingga puluhan jutaan dolar Amerika Serikat, ternyata masuk ke koleksi pribadinya.
Akibat tayangnya laporan itu, Altice menuntut reflets ke meja hijau di Pengadilan Niaga Prancis. Putusan pengadilan pun akhirnya melarang reflets untuk menayangkan berita lanjutan.
Namun, dua media lainnya Le Monde (Prancis) dan HEIDI NEWS (Swiss) melakukan investigasi dengan bekal laporan dari Reflets dan data HIVE. Merekalah yang akhirnya menyoroti skandal pajak Drahi itu.
Namun, melansir The Art Newspaper (11/11), pihak Drahi sejauh ini belum memberi komentar apa pun kepada media. Meskipun, perwakilannya menyatakan, “Pak Drahi tidak berkomentar, mengkonfirmasi atau menolak tuduhan yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya, anak-anaknya atau agamanya.”
“Drahi dan keluarganya selalu membayar pajak yang terutang, sesuai dengan peraturan yang berlaku,” pungkas pernyataan pihak Drahi.