Direktur kreatif dan presiden Balenciaga minta maaf, gugatan dibatalkan
Saga dari kisruhnya kampanye Balenciaga yang menampilkan foto anak perempuan menggenggam tas boneka beruang dengan aksesoris BDSM masih berlanjut. Pasalnya, kali ini, direktur kreatif Balenciaga, Demna angkat suara dan menyampaikan permintaan maaf soal kampanye tak senonoh tersebut.
Sekitar seminggu pasca kampanye kontroversial itu dihapus, tepatnya Jumat (2/12) kemarin, desainer terkemuka Demna Gvasalia mengunggah pernyataan lewat akun Instagram pribadinya.
Dalam unggahan tersebut, Demna menulis, “Saya meminta maaf secara personal atas kesalahan pilihan konsep artistik dari kampanye dengan anak, dan saya mengambil tanggung jawab penuh.”
“Itu (kampanye) sangat tidak pantas, mempromosikan barang (yang) tidak berhubungan dengan anak-anak itu. Meskipun terkadang saya ingin memprovokasi suatu pemikiran lewat karya saya, saya TIDAK AKAN PERNAH berniatan untuk melakukannya dengan eksploitasi anak,” imbuh Demna.
Lebih lanjut, Demna mengatakan bahwa dirinya perlu, “mendengarkan dan berpartisipasi langsung dengan organisasi perlindungan anak,” demi menanggulangi kekeliruan yang terjadi.
Melansir The Hollywood Reporter (2/12), Demna pun kembali menyampaikan permohonan maafnya. “Saya minta maaf atas visual yang menyinggung siapa pun ini,” lanjutnya.
Demna pun mengklaim bahwa Balenciaga telah menjamin bahwa kesalahan serupa tak akan terjadi lagi, sekaligus akan mengambil langkah untuk memperjuangkan perlindungan terhadap anak, “dengan segala cara yang bisa kami lakukan.”
Di samping Demna, presiden dan CEO Balenciaga, Cedric Charbit juga telah angkat suara lewat media sosial pada hari yang sama dengan pernyataan Demna.
Charbit mengungkap, tuntutan hukum yang sebelumnya dilayangkan perusahaannya kepada Nicholas Des Jardin dan North Six dengan meminta ganti rugi sebesar $25 juta (sekitar Rp389,4 miliar) telah dibatalkan.
Presiden jenama yang berada di bawah perusahaan KERNING itu juga mengungkap bahwa Balenciaga tengah membangun dewan image yang bertugas untuk mengevaluasi tiap konten yang akan dikeluarkannya, agar kekeliruan tak lagi terjadi di masa depan.