Mantan direktur museum Louvre didakwa atas penipuan dan pencucian uang

Mantan direktur museum Louvre, Jean-Luc Martinez, didakwa oleh pengadilan Perancis atas keterlibatannya dalam penipuan berkelompok dan pencucian uang terhadap barang-barang antik yang diduga diselundupkan dari Mesir dan dibeli oleh Louvre Abu Dhabi.

Martinez diperiksa oleh kepolisian Perancis pada Senin minggu lalu. Diberitakan oleh The Art Newspaper, Martinez diperiksa oleh French Office Against Art Trafficking atau OCBC bersama dengan Kepala Departemen Louvre Mesir Vincent Rondot dan Olivier Perdu, seorang ahli Mesir Kuno yang terkenal.

Namun, Perdu dibebaskan pada Selasa malam. Berdasarkan keterangannya yang disampaikan kepada The Art Newspaper, ia hanya ditanyai sebatas makalah yang pernah ia tulis tentang pentingnya sebuah prasasti yang dijual ke Louvre Abu Dhabi. Menurutnya, ia “benar-benar dibebaskan dari kesalahan apa pun”. Sedangkan Martinez didakwa pada Rabu malam lalu.

Dikutip dari sumber yang sama, Martinez didakwa karena tidak memberi cukup perhatian terhadap keraguan yang diutarakan penulis artikel Revue, Marc Gabolde dari Universitas Montpellier, tentang syarat ekspor sebuah prasasti tahun 1933 yang dilakukan oleh seorang perwira angkatan laut Jerman. Namun, March menjelaskan kepada tim peninjau Science and Vie bahwa ia yakin para ahli Mesir Kuno dan kurator telah ditipu oleh preman dan merupakan korban, bukan kaki tangan pedagang ilegal.

Martinez menolak memberikan komentar atas dakwaan ini. Namun, dalam pembicaraan sebelumnya, ia mengaku tidak melakukan kesalahan apa pun.

Penangkapan Martinez menambah deretan kasus penipuan berkelompok dan pencucian uang. Sebelumnya di Paris pada Maret, pialang seni Roben Dib ditangkap karena kasus serupa.

Ada juga Christophe Kunicki yang ditangkap pada Juni 2020 karena kasus konspirasi kriminal, penipuan berkelompok, dan pencucian uang. Pada saat penangkapannya, markas Paris untuk proyek Louvre Abu Dhabi digeledah dan beberapa dokumen disita OCBC.