Konferensi jurnalisme data pertama di Indonesia dan Asia Tenggara resmi dibuka
Konferensi Data dan Komputasi Jurnalisme Indonesia (DJC-CI) yang menjadi ajang jurnalisme data pertama di tanah air, resmi dibuka pada Rabu (27/7). Acara berlangsung secara daring dan luring, berpusat di kampus Universitas Multimedia Nusantara di Tangerang Selatan.
Pasalnya, sejumlah diskusi, seminar dan pelatihan turut mewarnai konferensi yang bisa diikuti publik. Tepatnya, sebanyak enam diskusi panel, 16 seminar, dan enam sesi pelatihan yang diisi oleh para praktisi jurnalisme dari segala penjuru dunia termasuk Amerika Serikat, Singapura dan Malaysia.
Ajang ini merupakan hasil inisiasi dari Universitas Multimedia Nusantara atas kerja sama dengan Dewan Pers, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Journocoders Indonesia, Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM). Tak hanya itu, konferensi turut didukung oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) dan sejumlah media massa nasional lainnya.
Hingga hari pertama konferensi, Project Officer DJC-CI Utami Diah Kusumawati mengklaim bahwa jumlah pendaftar telah mencapai 1.200 orang. Para peserta berasal dari berbagai latar belakang, seperti praktisi media massa, komunitas akademik perguruan tinggi, hingga lembaga pemerintah.
"Kita berharap bisa mendorong (jurnalisme) Indonesia menjadi lebih baik dengan berbasis data dan fakta," ujar Utami dalam pembukaan konferensi DCJ-CI.
Michael Quinlan sebagai perwakilan dari Pers Kedutaan Besar AS di Jakarta Pusat, menjelaskan bahwa konferensi ini bertujuan untuk mengembangkan praktik jurnalisme data. Selain itu, harapannya akan mendorong praktik pengecekan fakta, penggunaan teknologi augmented reality di ruang redaksi, produksi artikel interaktif lewat teknologi tiga dimensi, dan menjalin hubungan investasi lintas negara. Tujuan utama lainnya adalah mengembangkan kurikulum jurnalisme data di perguruan tinggi.
Berdasarkan riset Dewan Pers pada 2021 dengan total 1.020 responden, 42,2% menyatakan keberadaan data dan fakta jadi faktor penentu utama dalam membangun kepercayaan terhadap sebuah pemberitaan. Hal itu pun mengalahkan pendapat bahwa rasa percaya berdasarkan narasumber yang diwawancarai. Alhasil, pemahaman soal komputasi data telah menjadi hal yang penting untuk dijalani media.
Ternyata, kesadaran akan pentingnya pengecekan fakta itu turut dipengaruhi oleh adanya COVID-19 yang mendorong kebutuhan jurnalisme berbasis data, seiring dengan kebutuhan publik soal kesehatan. Melansir Katadata, jurnalisme data pun demi menangkal misinformasi yang beredar selama pandemi.
Tak tanggung-tanggung, Konferensi Konferensi Data dan Komputasi Jurnalisme Indonesia ini disinyalir menjadi yang pertama di Asia Tenggara, berlangsung mulai dari 27 Juli hingga Minggu 30 Juli.